Kulwap “Sensory Play & Sensory Bin”

📚Resume Materi Kuliah grup WhatsApp Rumah Main Anak📚

Hari/tanggal : Rabu, 20 April 2016
Judul Materi : Sensory Play
Pemateri : Julia Sarah
Peresume : Lis Lestari

📝Materi

Pernahkah Bunda ke mall lalu anak-anak Bunda tak berhenti menyentuh barang display? Mengapa demikian?

Anak-anak usia dini berbeda dengan orang dewasa yang bisa memahami sesuatu  melalui indra penglihatannya. Pada anak-anak usia dini, mereka membutuhkan seluruh indra mereka untuk memasukkan segala informasi dan pengetahuan. Mereka akan mudah menyerap segala informasi dari indra-indranya. Contoh sederhana: saat orang dewasa melihat lampu, maka kita akan tahu bahwa itu ‘lampu’ bisa nyala dan mati. Namun, anak-anak usia dini tak cukup hanya dengan melihat saja. Mereka mungkin akan berusaha memegang lampu tersebut, membolak-baliknya, mengetuk-ngetuk, mencium, mendengar, dll utk mencari tahu bagaimana lampu tersebut bisa menyala. Itulah mengapa anak-anak suka sekali menyentuh barang display, sebab mereka sedang ‘mempelajari’ barang tersebut.

Permainan sensori atau biasa disebut dengan sensory play adalah permainan yang mendorong anak-anak untuk menggunakan satu indra atau lebih, seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan juga perasa. Sensory play sering disebut juga messy play (main kotor-kotoran). Pada dasarnya, permainan sensori adalah permainan yang mengaktifkan indra-indra si kecil. Dengan demikian, bermain sensori ini baik dilakukan untuk menstimulus perkembangan si kecil sebab sesuai dengan proses mereka mendapatkan informasi/pengetahuan yang baru.

Selain kelima indra tersebut, ada pula dua indra lainnya, yaitu indra vestibular dan indra proprioseptif.Indra vestibular memberi kita informasi tentang posisi tubuh dalam ruang, terkait gerakan dan keseimbangan. Misalnya, saat berada di ruang gelap, kita dapat berjalan tanpa menabrak-nabrak. Contoh lain ialah gerakan melompat di atas trampolin, berjalan pada titian. Sedangkan indra proprioseptif memberi kita informasi tentang keberadaan dan aktivitas anggota tubuh. Misalnya, saat kaki kita luka kita dapat merasakannya tanpa melihat luka tersebut.

❣Manfaat dari sensory play ini di antaranya ialah:
1⃣Sensory play membantu membangun hubungan saraf yang mendukung berpikir, belajar, dan berkreativitas sehingga dapat menstimulasi perkembangan kognitif si kecil. Saat bermain sensori, misalnya, si kecil akan berpikir ‘bagaimana cara menuang air agar tidak tumpah’, ‘bagaimana cara memasukkan biji-bijian ke dalam botol?’ ia juga belajar mengelompokkan benda, warna, pola, dan bentuk, mengenal tekstur, juga mengklasifikasikan objek.

2⃣Sensory play mendukung perkembangan bahasa si kecil dengan mengenal bendanya secara langsung. Misalnya, anak mengenal kata ‘kasar’ dan ‘halus’ saat menyentuh berbagai macam tekstur kayu dan kain. Hal ini akan lebih mudah diserap dan diingat si kecil daripada hanya memberitahukannya secara lisan saja.

3⃣Sensory play dapat menstimulasi keterampilan motorik halus si kecil. Saat bermain sensori dengan peralatan tambahan seperti sendok, spons, corong, penjepit, botol, dan sebagainya, si kecil akan memanipulasi alat-alat tersebut untuk mengambil benda dengan capitan, menuang, meremas, dan lain-lain. Kegiatan ini bagus untuk koordinasi mata dan tangan si kecil.

4⃣Sensory play dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar melalui gerakan berlari, melompat, melempar, mengangkat, dan lain sebagainya.

5⃣Sensory play dapat menstimulasi kreativitas si kecil. Pada beberapa kegiatan, ada bagian dari proses keilmuan, misalnya saat mereka bermain akan timbul pertanyaan yang mendorong mereka untuk melakukan observasi. Contohnya, saat bermain sensori melelehkan es dengan air hangat/taburan garam. Maka, indra-indra mereka mengumpulkan data untuk kemudian mereka simpulkan dan komunikasikan.

6⃣Sensory play dapat mengajarkan anak untuk mengontrol diri mereka sendiri. Anak-anak dapat diajarkan cara yang tepat untuk bermain dengan hal yang tepat, misalnya: tidak melempar pasir ke lantai.

7⃣Sensory play dapat memberikan efek menenangkan sehingga baik untuk perkembangan sosial-emosionalnya. Saat bermain sensori, ia bebas bereksperimen dan bereksplorasi sehingga akan mengembangkan kepercayaan dirinya, kemampuan mengambil keputusan, serta dapat mengembangkan harga dirinya.

❣Contoh permainan sensori ini banyak sekali, misalnya: menebak bunyi, mencium aroma, meraba tekstur benda, meniti papan kecil, melompat di atas trampolin/kasur, mengejar cahaya senter, memindahkan air dari satu ember ke ember lain, mencocokkan benda dengan bayangannya, dan sebagainya.

Selamat menyiapkan permainan sensori, Bunda.😘😘😘

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂
Tulisan ini dimuat dalam buku Rumah Main Anak karya Julia Sarah Rangkuti

🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃

❓✅ Tanya Jawab :

1⃣ Sensory play/messy play sepertinya sering menggunakan benda/material yang riskan dimakan oleh anak2 yang masih dalam fase oral. Boleh minta saran do’s & dont’s sensory play untuk anak yg dalam fase oral, mungkin seperti Ali?

Ken Andari / Ali 10bulan / Tangerang

Jawab :

Halo Mba Ken. Salah seorang tokoh psikolog, yaitu Bapak Sigmund Freud mengatakan bahwa anak-anak pd hingga usia 18 bulan sdg dalam fase oral, sehingga senang sekali memasukkan tangannya atau benda apapun ke mulutnya.

Hal ini InsyaAllah tidak apa-apa, Bun. Mereka hanya sedang belajar dan memahami informasi ttg benda tersebut. Dengan dijilat, dihisap, diemut,  dll sensori mereka bekerja untuk memasukkan informasi bahwa “sendok” bentuknya seperti ini, rasanya begini, baunya, dll. Dengan mengulum, mengemut, mengisap sesuatu ini juga bayi akan belajar menggunakan lidah dan mulut mereka sehingga berguna kelak sebagai persiapan MPASI bayi.

Pada fase ini, anak-anak akan mengalami pematangan fungsi organ-organ motor yang kelak berguna untuk dirinya melakukan aktivitas sekitar mulut, bibir, dan lidah. Melalui fase oral, anak-anak akan berlatih untuk makan, mengunyah, serta berbicara.

Jika dalam fase oral ini kurang maksimal, ada kemungkinan ia akan terganggu dalam tumbuh kembangnya. Misalnya tidak lancar berbicara, babbling, hingga kebiasaan-kebiasaan seperti bergantung pada dot dan kerap menggigit-gigit jari atau kuku.

Oleh karena itu, ada baiknya kita menjaga anak-anak agar dapat melewati fase oralnya dengan baik. Pastikan bahwa segala sesuatu yg masuk ke dalam mulutnya steril, bersih, dan tentunya halal.

Do: perhatikan setiap material yg kita berikan. Pastikan bahwa material tersebut bersih, steril, tidak terlalu kecil hingga bisa dikonsumsi anak, tidak berbahaya utk anak, dan senantiasa berada dalam lengawasan orangtua/orang dewasa.

Dont’snya berarti kebalikannya ya, hehe.

Tetap semangat, Bun ✅

2⃣  Mba Sarah, bagaimana jika anak masih jijik/takut pada suatu benda di sensory bin. Contoh, Ayesha yang masih tidak mau menyentuh pasir. Bagaimana agar ia tidak takut lagi? Apakah normal jika anak lebih tertarik untuk menumpahkan isi dari sensory bin daripada memainkannya?

Addini/Bekasi/13m/RMA4

Jawab :

Halo Mba Addini. Bisa dimulai pelan-pelan Mba, terlebih anaknya masih 13 bulan 🙂

Terkait “jijikan”, sebenarnya tiap anak berbeda-beda prosesnya. Anak saya yg pertama dulu finger painting saat 13m, dan langsung minta cuci tangan. Tp, saya coba terus kasih, terus kasih. Meski hanya sebentar. Di usia 2 tahunan ia sudah mulai menikmati bermain apapun yg berkaitan dengan ‘jijik’an. Sedangkan anak saya yg kedua, under 1y sudah oke2 saja finger painting, pegang yg lengket2 dan betah gak minta cuci tangan😁 Jadi memang anak2 berproses insya Allah bun. Dikenalkan saja tetep pelan2 sedikit demi sedikit, sebentar2. Tiap anak berbeda proses dan karakternya. Fokus saja pada perkembangan anak sendiri, jadi gak usah banding bandingkan ya bun😂✅

🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃

Follow us :
IG: @rumahmainanak
FP FB : Rumah Main Anak
Blog : www.rumahmainanak.com

***

📚Materi Kuliah WhatsApp Rumah Main Anak📚

Kamis, 21 April 2016

Sensory Bin
oleh Julia Sarah

Bunda, apakah telah mendengar istilah sensory bin? Pada sebagian Bunda di sini, mungkin istilah sensory bin sudah tidak asing lagi. Yup, sensory bin merupakan daerah yang memiliki objek yang berbeda tekstur, ukuran, bau, dan rasa sehingga mendorong si kecil untuk menggunakan semua panca indra mereka. Yang dimaksud ‘bin’ dalam hal ini ialah menggunakan wadah khusus seperti, ember, kardus, container, nampan, dan sebagainya. Sensory bin ini merupakan salah satu media untuk permainan sensori (sensory play).

Ada beberapa komponen dasar yang membentuk sensory bin, yaitu :
1⃣Wadah, seperti container, nampan, kotak, dan sebagainya.
2⃣Pengisi, seperti water beads, batu alam maupun batu hias, kerikil, pasir, biji-bijian, daun-daun, bunga, kerang, kain perca, pompom, manik-manik, pita-pita, binatang-binatang plastik, dan lain sebagainya.
3⃣Alat, seperti skop, saringan, pipet, selang, sumpit, corong, sendok, pinset, mangkuk, ice cube tray, botol, cetakan kue, dan sebagainya.
💝Tambahan, ini merupakan aksesoris tambahan untuk memperindah dan meramaikan bin tersebut, misalnya: kancing, pipe cleaner, light table, kaca, mainan, dan sebagainya.

Sensory bin ini memiliki banyak manfaat. Melalui kegiatan ini diharapkan anak akan bisa menjadi lebih tenang dan fokus. Anak akan berusaha mengeksplorasi segala yang ada di bin tersebut melalui panca indra mereka sesuai dengan imajinasi mereka. Mereka pun belajar banyak hal, di antaranya:
💖Mengenal berbagai tekstur (lengket, licin, kasar, halus, dll), suhu (dingin, panas, hangat, lembab, dll), bentuk, maupun warna.
💖Belajar menuang, menyendok, menjepit, memindahkan sesuatu, menggali, menciduk, dan aktivitas lain yang dapat mengembangkan motorik halus serta koordinasi mata-tangan mereka.
💖Mengembangkan motorik kasar dengan kegiatan memukul, mengangkat beban (misal: air), dll yang dapat menguatkan otot bahu mereka.
💖Mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka sebab sensory bin bersifat permainan terbuka (open-ended play).
💖Mengembangkan kemampuan berbahasa. Anak-anak jadi mengenal dan memahami ‘kenyal’ ketika menyentuh waterbeads, misalnya.
💖Mengembangkan kognitif mereka. Pada saat bermain sensory bin, anak juga akan ‘berpikir’ bagaimana caranya menuang agar tidak tumpah, mengapa benda ini lengket, benda yang berbentuk seperti ini namanya ‘lingkaran’, dll.

Permainan sensory bin ini seringkali hanya ‘dilihat’ sebentar oleh anak atau kadang ‘diberantakin’. Padahal, bikinnya semaleman, hehe. Di situ kadang Bunda merasa sedih. Betul apa benar, Bun? So, ada baiknya sebelum memberikan sensory bin pada anak Bunda melakukan hal-hal berikut ini:
❣Berilah pengatar/cerita yang berkaitan dengan sensory bin yang Bunda buat. Misalnya, Bunda ingin membuat sensory bin tentang planet. Maka, ada baiknya jauh-jauh hari sebelum itu si kecil dikenalkan dengan macam-macam planet, bisa dengan membuat art and craft, menonton video tentang planet, ataupun membaca buku. Sehingga, ketika anak bertemu dengan sensory bin planet, anak sudah memiliki persepsi/bayangan tentang hal tersebut. Dan ia pun akan mudah berimajinasi sendiri. Berbeda jika anak belum punya bayangan tentang itu, lalu kita ‘ujug-ujug’ memberikan sensory bin, anak ‘ga ngerti’ itu mainan harus diapain. Sehingga, di mata kita anak hanya ‘ngeberantakin’ saja. Hohoho.
❣Saat anak bermain sensory bin, biarkan ia bereksplorasi sendiri. Bunda bisa mendampingi dan sesekali bertanya padanya apa yang sedang ia lakukan, dll. Jangan sedih jika anak belum tertarik dengan sensory bin yang Bunda buat. Semoga di lain waktu ia suka ya, Bun. Oia, juga jangan memaksa anak untuk bermain sensory bin jika ia memang tidak siap dan belum mau ya, Bunda.
❣Bermain sensory bin ini seringkali berantakan. Bunda dapat mengajak si kecil bermain di area rumah yang mudah dibersihkan, di teras atau di paving block, misalnya. Jika anak sudah cukup besar, ajak turut serta membantu membersihkannya sesuai dengan kemampuan si kecil ya, Bunda. Jika di dalam rumah, Bunda bisa siasati dengan memberikan alas lebar terlebih dahulu di atas nampan/container. Alas tersebut bisa berupa plastik bening besar maupun perlak, atau apapun yang mudah dibersihkan, hehe. Semangat bersenang-senang.

Pada anak di bawah satu tahun, Bunda dapat menggunakan zipper bag agar lebih aman mengajak si kecil bermain sensory. Begitu pula jika si kecil masih dalam fase oral (di bawah dua tahun).

Pada saat ini, banyak Bunda yang menggunakan bahan makanan untuk anak yang berada pada fase oral. Namun, saya pribadi berpendapat kita harus hati-hati untuk menggunakan bahan makanan ke dalam permainan anak. Perhatikanlah unsur urgensinya, apakah anak memang benar-benar membutuhkan bahan tersebut untuk stimulasi indranya atau Bunda sekadar ikut-ikut trend saja :'( Apakah ada bahan lain yang bisa digantikan dengan bukan makanan? Bila ada, Bunda bisa memilih yang bukan makanan. Apakah menggunakan bahan makanan lebih banyak manfaatnya atau malah lebih banyak mudhorotnya? Satu lagi, silakan cek kondisi saudara dan tetangga kita, apakah sedang dalam keadaan kenyang ataukah lapar? Jangan sampai kita asyik-asyik bermain rainbow rice atau rainbow mie padahal tetangga sebelah rumah sedang kelaparan tak bisa membeli makan. Be wise, Bunda.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂
IG @rumahmainanak
FP FB: Rumah Main Anak
Web: rumahmainanak.com

***

Disclaimer :
Semua materi yang di share sudah melalui persetujuan Founder atau PIC dari komunitas yang bersangkutan tanpa menghilangkan format asli termasuk header-footer.

www.jendelakeluarga.com

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!