Hubungan Ilmu dengan Passion
Seperti yang sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, tulisan saya yang berkaitan dengan matrikulasi akan sedikit terdengar absurd jadi hendaknya jangan dimasukkan ke dalam hati yaa 😀
Yuk kita mulai dengan NHW #1 mengenai “Adab Menuntut Ilmu” 🙂
Kita hidup di dunia ini buat apa sih? Pertanyaan tersebut pasti akan menghasilkan jawaban yang berbeda-beda. Bagi muslimin/muslimat mungkin akan menjawabnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Bagi orang lain mungkin akan terdengar berbeda tergantung prioritasnya masing-masing.
Jika kita sudah tahu tujuan, biasanya akan concern dengan ilmu yang dicarinya. Bila tidak relevan berarti masih ada yang missed di dalamnya. Setuju? Saya pribadi (saat ini) sedang belajar ilmu PENJUALAN. Wah wahh diluar prediksi dari paragraf sebelumnya ya 😀 Padahal banyak ilmu lainnya yang juga mati-matian sedang saya coba pahami, antara lain; Ridho Illahi Robbi, Hakekat Keutuhan Keluarga, Manajemen Rumah Tangga dll. Tapii saya lebih tertarik membahas PENJUALAN untuk matrikulasi ini. Alasannya? Karena sepemahaman saya, ilmu ini akan dibutuhkan dalam segala aktivitas, baik itu dengan pasangan, anak, keluarga, teman maupun lingkup bisnis dalam artian sesungguhnya 🙂
Mungkin bagi sebagian orang penjualan hanya diasosiasikan saat seseorang sedang melakukan perdagangan atau memiliki suatu usaha atau pelaku-pelaku usaha saja (business man/woman). Padahal tanpa disadari ilmu penjualan sudah kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, apapun profesinya. Butuh contoh? Seorang anak kecil yang sedang merayu dan menangis sejadi-jadinya minta dibelikan mainan kepada ibunya saat menemani ke pasar. Sang anak berusaha meyakinkan orangtua bahwa mainan tersebut harus segera didapatkannya. Hal ini artinya sang anak sedang melakukan personal selling yakni meyakinkan ibunya agar dapat segera membelikan mainan yang menurutnya terbaik. Benar sekali, perilaku penjualan secara alami sudah diterapkan sejak sangat dini 🙂 Kebayang bagaimana jika kita bisa berhasil mengelolanya dengan baik?
Penjualan menurut KBBI : “Sebuah usaha atau langkah konkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya”
Penjualan menurut Wikipedia : “Aktivitas atau bisnis menjual produk atau jasa (menurut WIKIPEDIA”
Fikri C. Wardana menyebutkan dalam buku Creative Selling-nya, seseorang akan membutuhkan ilmu penjualan ini, tapi sayangnya banyak yang tidak ingin menggalinya. Padahal ilmu penjualan bukan lagi hanya berkaitan dengan produk tetapi bisa kepada diri kita sendiri, atau yang biasa kita sebut Personal Selling. Benih cabang inilah yang saya coba pelajari.
Siapa yang punya sosial media? Jawabannya pasti punya. Setidaknya dalam lingkaran pertemanan saya semua teman-teman memiliki minimal 1 jenis akun media sosial. Sadar atau tidak sadar bahwa media sosial merupakan pengantar kita dalam menonjolkan personal selling seseorang. Personal selling ini yang nantinya akan menghasilkan branding tiap individu, seperti hobi sharing resep masakan hasil ujicoba dapur maka image yang muncul adalah dunia masak; senang berbagai info tempat wisata maka image yang ditimbulkan adalah dunia travel, senang berbagi tips dalam pengasuhan maka yang muncul adalah parenting dan lain sebagainya.
Karena cakupan ilmu ini cukup luas maka strategi dan usaha yang dapat saya tempuh dengan media; buku, browsing info via internet atau menghadiri seminar/workshop yang relevan dengan tujuan tersebut. Dalam hal ini saya ingin sekali rebuild bisnis onlineshop saya yang sementara dihentikan. Sehingga riset serta trial and error akan banyak menyita waktu selama masa transisi ini. Kebayang ya kalau sudah begini apa-apa saja yang harus dibenahi? yang utama dan paling urgent adalah manajemen dan disiplin waktu. Apalagi keinginan bisnis yang tinggi dengan kondisi punya balita tanpa ART cukuplah menantang *endingnya malah curhat.
At the end, mohon doanya ya teman-teman, semoga saya bisa berhasil sesuai harapan.. Hatur nuhun 🙂 🙂