Curahan Hati Pengalaman 5 Hari Rawat Inap di RSIA Limijati Bandung

Curahan Hati Pengalaman 5 Hari Rawat Inap di RSIA Limijati Bandung

jendelakeluarga.com – Orangtua mana yang tega melihat anaknya mengeluh sakit dan harus mendapatkan perawatan inap di rumah sakit.

—-

Pagi itu Ry pergi ke RSIA Limijati untuk kontrol rutin dengan Prof Dadang, Sp.A. Sesampainya disana sekitar jam 08.30, kami mendapatkan antrian paling akhir bahkan dapat dikatakan hanya ‘bangku cadangan’. Singkat cerita, sampai dengan jadwal praktek berakhir tersisa 3 nomer antrian termasuk Ry. Dengan alasan sang dokter harus segera meeting,Β akhirnya 3 nomer tersebut dialihkan kepada dokter yang lainnya. Kesal, capek, semua campur aduk. Walau memang pada awal pendaftaran sudah diinformasikan oleh salah seorang perawat tentang kemungkinan terburuk ini. Well,Β intinya tetap saja merasa dirugikan, yang jelas rugi waktu dan tenaga.

Kami pun segera mencari 2nd option spesialis anak yang lainnya. Pilihan jatuh kepada dr. Myrna Sp.A. Nama tersebut kami pilih berdasarkan rekomendasi dari salah satu perawat Prof Dadang sendiri. Dengan berat hati akhirnya kami harus bersabar kembali untuk mengantri dari awal lagi :/ Lesson learned.

Sekitar jam 1 siang akhirnya Ry diperiksa oleh dr. Myrna. Saat itu beliau merasa ada yang tidak beres dengan nafas Ry yang agak sesak dan cukup dalam. Beliau mencurigai adanya asma atau radang paru. Maka saat itu juga dr. Myrna menyarankan untuk segera di opname agar dapat dilakukan observasi lebih lanjut.

Tanpa pikir panjang kami pun menyetujuinya. Karena belakangan ini merasa khawatir ada yang tidak beres dengan kesehatannya. Seminggu belakangan terutama saat tidur malam, Ry seringkali terbangun dan mengeluh kesakitan. Sayangnya ketika ditanya tidak bisa menjelaskannya. Permasalahan.

Setelah sepakat, saya pun bergegas menuju bagian pendaftaran rawat inap yang berada di bagian depan pelayanan. Bagi kami, kelebihan rumah sakit ini adalah support rekanan asuransi yang sangat bersahabat. Mungkin karena mereka hanya menerima pasien pribadi dan asuransi, tidak untuk BPJS.

Setelah memilih kamar sesuai plafond dan mendapatkan penjelasan mengenai perawatan inap, kami pun dapat langsung memasuki kamar yang sudah dipersiapkan. Prosesnya cukup cepat, dengan menyerahkan kartu pasien dan kartu keikutsertaan asuransi maka pengisian data dan pengecekan administrasi sudah bisa selesai dalam waktu kurang dari 30 menit. So, I suggest you at least have one insurance πŸ˜‰ Alhamdulillah, asuransi dari kantor mas suami ini sudah dapat memberikan solusi.

tarif kamar 2016
Bonus informasi ~ Biaya persalinan 2016

Kami sepakat mengambil kamar kelas 2. Sebenarnya rentang pilihan harga kamar disini cukup signifikan. Jika kami mengambil kelas 2 maka akan banyak sisa dari plafond yang kami miliki, tetapi jika mengambil kelas 1 maka akan kurang sedikit dari harga yang ditentukan. Artinya akan terjadi excess didalamnya. Well, kami pun memutuskan untuk mengambil langkah aman dengan harapan acc klaim full coverage πŸ˜€

Selama menjalani 5 hari perawatan inap disini, kami menempati kamar nomer 315-2. Kurang lebih beginilah penampakan kamar kelas 2 dengan 3 bed di dalamnya.

2 bed bersebelahan

1 bed disebelah kamar mandi
Rak kecil disamping bed
Kamar mandi

Setiap kamar dilengkapi dengan dua televisi dan satu lemari pakaian yang sudah diberikan nomer sesuai bednya. Serta tidak lupa tersedia sebuah dispenser yang dapat digunakan bersama-sama.

Setiap bed terdiri dari rak kecil dengan laci penyimpanan. Saat pertama tiba, tas kecil transparan sebagai welcoming gift sudah tersedia diatas rak. Tas tersebut berisi alat mandi, sandal, boneka, tissue box serta kartu selamat datang. Di sampingnya terdapat botol kecil hand sanitizer serta majalah terbitan rumah sakit.

2 hari pertama kami masih ditemani oleh seorang pasien lainnya yang sudah menginap lebih dulu, sedangkan sisa 3 hari lainnya hanya kami saja penghuninya (Well, antara senang sama scary sih.. Haha!) Dan unfortunately mas suami juga harus ke Jakarta dalam 5 hari kedepan *sempurna XD

Problem Ry saat itu ada pada pernafasan dan bagian paru-paru, sehingga harus dilakukan tes darah serta pengambilan foto thorax. Selain diinfus, Ry juga harus menjalani treatment nebu. Nebu atau nebulizer adalah perangkat medis yang digunakan untuk memberikan cairan obat dalam bentuk uap/aerosol ke dalam saluran pernafasan. Biasanya alat ini digunakan oleh pasien dengan keluhan pada saluran pernafasannya seperti batuk, pilek, asma, alergi, pneumonia dan sebagainya. Terapi ini dilakukan 2x sehari pada pagi dan sore hari.

Untuk pelayanan makanan sudah cukup baik. Seperti pada rumah sakit lainnya, dalam sehari tersedia 3x makanan utama dan 2x makanan ringan. Jadwalnya pun selalu tepat waktu. Berikut beberapa menu makanan yang berhasil kami dokumentasikan.

Pada hari ke 3, kami kedatangan salah seorang Customer Service untuk melakukan survey. Pertanyaannya seputar pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, dari mulai suster yang bertugas, makanan yang tersaji hingga kebersihan kamar. Setelah itu kami diberikan notes dan pulpen sebagai tanda terima kasih.

Selama disini, Ry juga sempat bermain di ruang tunggu lantai 3 yang menyediakan beberapa jenis mainan. Posisinya tepat di depan meja informasi/suster.

Ada satu kejadian yang membuat saya sangat-sangat kecewa. Walaupun sudah memaafkan namun trauma ini membuat saya berpikir ulang jika ada anggota keluarga lainnya yang harus menjalani rawat inap disini.

Waktu itu sudah masuk hari ke 4 di rumah sakit. Pagi hari saat badan Ry dibersihkan oleh salah seorang suster terlihat tangan kiri bagian infus mengalami bengkak. Lalu diputuskan untuk memindahkan infusan ke tangan kanannya. Dalam ruangan khusus Ry dibaringkan, terlihat 3 suster yang membantu. Percobaan pertama dilakukan pada tangan kanan oleh suster Dantri namun suntikannya gagal. Kemudian dicoba dengan tusukan kedua namun gagal lagi. Melihat kejadian itu suster Martha mengambil alih dengan mengulang mencari posisi di lengan kirinya dan lagi-lagi gagal. Stress? Sudah pasti. Ibu mana yang tahan melihat anaknya ditusuk berkali-kali???! Untungnya saat itu sumbu emosi saya masih panjang. Terakhir percobaan, suster Martha mencoba lagi di bagian kaki kiri. Hasilnya? Gagal lagi πŸ™ πŸ™

Kali ini saya tidak bisa diam. Frekuensi suara sudah naik beberapa nada. Mungkin jika mas suami berada disana, akan ada video yang diΒ upload dalam postingan ini. Sayang, saya harus memeluk erat Ry sampai dengan proses “percobaan” selesai.

Setelah tusukan ke 4, saya memutuskan untuk menarik Ry dengan tidak melanjutkan ke percobaan berikutnya.Β Sorry to say, saya merasa para suster yang bertugas sangat tidak kompeten. Apapun alasannya, nadi halus, sulit dicari, orΒ whatever! Serius saya kecewa sekali.

Besok harinya, suster mengajak kembali untuk mencoba sekali lagi. Tapi kali ini bukan diinfus, melainkan transfusi melalui jarum suntik langsung. Jelas berbeda ya, jika menggunakan suntikan infus maka yang dimasukkan adalah selangnya. Sedangkan dalam proses ini yang bertemu dengan pembuluh darah langsung adalah jarum suntiknya πŸ™ Dengan mempertimbangkan beberapa alasan serta sudah berdiskusi dan disetujui oleh dr. Myrna, akhirnya saya pun menuruti.

Honestly, perasaan waktu itu masih tidak enak dan sedikit pesimis. Terbayang cairan sebanyak 5ml harus dimasukkan ke tubuh mungil dengan jarum suntik langsung. Ngilu rasanya..

So, hasilnya bagaimana?

Tetap gagal dan hanya menambah kesakitan saja πŸ™ Inhale-exhale..

Saya jadi merasa bodoh menyerahkan Ry untuk ditangani mereka πŸ™ akhirnya saya menolak tegas untuk menyetujui “percobaan” berikutnya. Cukup..!

Setelah berdiskusi dengan dr. Myrna maka diputuskan untuk memberikan obat minum saja. Ya, opsi terakhir yang tidak ada pilihan lainnya.

img_20161230_104816
My strong little boy – last day before going home

Setelah mendapat tusukan terakhir di lengan, siang harinya kami diperbolehkan pulang dengan membawa satu plastik obat-obatan untuk bekal di rumah.

Terima kasih sudah memberikan pengalaman berharga ini.

Khususnya untuk pihak RSIA Limijati, semoga artikel ini dapat menjadi bahan evaluasi.

Salam,
Pasien anak a.n M Riyadh Al HuffazhΒ 

Β 

:: 26-30 Desember 2016 ::

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

36 thoughts on “Curahan Hati Pengalaman 5 Hari Rawat Inap di RSIA Limijati Bandung

  1. Gimana ry sekarang teh udah baikan kah?

    Jadi teringat dulu pengalaman melahirkan disini juga, saya ditinggal semua suster saat kontraksi dan bukaan udah lengkap. Dan dokter juga yang menangani pasien lain karena dokter jaga nya engga masuk.. jadinya bersalin dipandu sama suami hahaha..

    Tapi kalau dari segi rumah sakit dan kebersihan nya sih saya suka rumah sakit ini daripada rsia lain nya.. Eh tapi skrg ada alternatif rsia lain yg lebih dekat rumah. hehe..

    *ikutancurcol

  2. Duh sedih kalau liat anak kecil sakit. Semoga sehat sehat selalu ya Ry.
    Prof Dadang itu emang terkenal antriannya juara ya, Mbak. Ponakan aku banyak yang ke beliau juga soalnya.

  3. Tranfusi melalui jarum suntik langsung? Baru kali ini saya dengar cara seperti itu. Setahu saya tranfusi tetap menggunakan selang infus mbak, hanya saja cairannya yg diganti, NaCl diganti dgn sel darah merahkah, sel darah putihkah, atau trombositnya saja, sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan pasien.

  4. Ry jgn sakit lagi yaa :'( Kok bisa sih nusuk nggak dpt2 gitu um… Aku nggak tahan klo anak2 sakit. Ibu berasa lbih sakit πŸ™
    Tfs ya um.. moga jadi Bahan evaluasi Dan nggak keulang lagi utk pasien lain

  5. Aturan yg berlaku… Seharusnya suster senior yg suntik anak2 buat infus.. suster2 muda kurang pengalaman .. jika suster muda gagal suntik , cukup sekali. Langsung diambil alih senior.. tangan bengkak suntiknya agak lari dari nadi. Sampe 4x gagal. Itu sih susternya harus belajar lagi.

      1. Sama teh anak saya juga gagal suntiknya banyak mulai dari lengan kanan, lengan kiri bengkak pindah ke kaki kanan, kaki kiri kami 2 minggu dirawat nya di rs yg lain sih alasannya yaitu nadinya ga keliatan sama juga penyakitnya kena paru juga

  6. sya pernah ngalamin begitu jg mbak.. memang ga tega lihat anak ditusuk beberapa kali,,, cuma akhirnya harus pasrah karena memang waktu itu tidak ad pilihan… pengalaman buat kedepan nya..

  7. Memang suka gt perawat2 kurang kompeten untuk menginfus anak kecil.. Termasuk menginfus saya.. D hermina pun begitu.. Anak saya yg 4 bulan aja masa harus sampeninfus dikepala sebagai pilihan akhir, setelah tangan.. Dan kaki pun dicoba.. Alhasil semua tetap gagal. Lucunya setelah dokter sempat ngasih β€œwejangan” ke perawat, lalu dokter anak yg kebetulan sahabat suamiku langsung tlp sang ahli infus.. (cuma saya lupa namanya siapa)..Ga lama.. Sudah terpasang di tangan kembali.. Well benerkan kalo perawatnya kurang kompeten dalam menginfus.. Giliran yg ahli datang Alhamdulillah berhasil.. Dan ga musti sampe kepala juga.. Hmmm gimana ngebayanginnya anak umur 4 bulan ditusuk nadi dkepalanya utk diinfus..

  8. Saya ga pernah mau periksa dengan dokter myrna karena dia dokter paling jutek dan sok di limijati. Pernah satu kali periksa dan sesudahnya kapok krn saya dimarahi dan nada bicaranya ketus.

Leave a Reply

error: Content is protected !!