Cegah Stunting Pada Anak Sejak Dini

Kenali Gejala Stunting Pada Anak Sejak Dini

jendelakeluarga.com – Menjadi ibu milenial bukanlah perkara mudah, semakin banyak informasi yang didapat semakin bingung memilihnya. Termasuk perkara anak, mulai dari pola asuh yang diterapkan hingga asupan makanan serta tumbuh kembang hingga berkelanjutan.

Kita tahu bahwa masa anak-anak merupakan periode emas mereka untuk mendapatkan pertumbuhan optimal dalam segala aspek kehidupan, antara lain kecerdasan otak (kognitif), perkembangan motorik hingga kemampuan sosial emosionalnya.

Satu hal krusial yang tidak boleh diabaikan, khususnya bagi para orang tua adalah selalu memperhatikan asupan makanan guna mencukupi segala kebutuhan si kecil, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya, termasuk kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Karena dengan membangun kedisiplinan untuk selalu memperhatikan asupan pada anak maka otomatis orang tua sudah berupaya menghindari segala dampak negatif yang muncul pada anak-anak, salah satunya STUNTING.

stunting
Pic : suluhpergerakan.org

“Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi”

Ternyata stunting pada anak dapat terjadi karena pola kebiasaan yang tidak baik sejak masih di dalam kandungan, lho. Dan biasanya baru akan terlihat saat usia anak mencapai 2 tahun. Sedihnya adalah kekurangan gizi ini dapat mengakibatkan kematian pada anak atau bayi, lebih sering mudah sakit serta mengalami penghambatan pertumbuhan hingga dewasa nanti, misal tinggi dan berat badan dibawah rata-rata.

Selain masalah fisik, stunting pada anak juga berpengaruh pada kemampuan kognitif atau kecerdasannya yang cenderung berkurang. Efeknya adalah jumlah angka penduduk produktif akan berkurang di masa akan datang. Sehingga hal ini menjadi lampu kuning juga untuk Negara yang mana akan berdampak pada kerugian ekonomi jangka panjang di Indonesia. Sedihnya lagi, Indonesia berada di urutan kelima paling atas untuk jumlah anak dengan kondisi mengalami stunting 🙁

Faktor Penyebab Stunting

  1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
  2. Retardasi pertumbuhan intrauterine
  3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
  4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stress
  5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak

Perkembangan stunting biasanya melalui proses yang lambat, kumulatif, namun bukan berarti asupan makananan saat ini tidak memadai. Karena bisa saja kemungkinan kegagalan tersebut telah terjadi di masa lalu pada kehidupan anak.

Sayangnya, stunting pada anak merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula. Karena ketika seorang anak sudah mengalami stunting atau pendek sejak ia masih balita, maka pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa.

Begitu juga saat pubertas, ia tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting di waktu kecil. Meskipun orang tua telah memberikannya makanan yang kaya akan gizi, namun tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal.

Gejala Stunting

  1. Anak berbadan lebih pendek dibandingkan anak seusianya
  2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
  3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
  4. Pertumbuhan tulang tertunda
stunting6-1024x512
Pic : one.org

Bagaimana saya tahu kalau anak saya masuk ke dalam kategori pendek?

Hal ini dapat diketahui dengan rutinnya orang tua mengecek grafik tinggi dan berat badan anak. Grafik tersebut dapat ditemukan di buku kesehatan atau pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit dan posyandu. Selain itu telat menstruasi dan mudah terkena penyakit infeksi juga menjadi indikasi perkembangan stunting. Karena jika ditemukan gelaja diatas maka sebaiknya segera konsultasi pada tenaga medis agar cepat teratasi.

Dampak yang mungkin terjadi jika anak mengalami stunting, diantaranya kesulitan belajar, melemahnya kemampuan kognitif, lebih cepat mudah lelah dan tidak seaktif dibandingkan anak-anak lainnya, resiko terserang penyakit infeksi lebih tinggi dan mengalami berbagai penyakit kronis di usia dewasa.

Ketika dewasa nanti, bahkan dilaporkan bahwa anak pendek akan memiliki tingkat produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. Ya, stunting adalah masalah gizi yang berdampak hingga anak berusia lanjut usia apabila tidak ditangani segera.

Stunting dan Masa Depan Indonesia 

Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).

Darurat Stunting

Data tersiar (World Bank) yang terbaru, “Sekitar 37% atau 9 juta balita Indonesia saat ini mengalami stunting, yaitu pertumbuhan yang terhambat termasuk otak sang anak,” demikian ujar Country Director World Bank Indonesia Rodrigo Chavez dalam sebuah acara di Jakarta (19/9/18). Dan tahukah kamu bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dengan penderita stunting terbanyak di dunia? Sedih, dimana negara dengan kaya akan sumber daya alam dan manusianya malah ditemukan kasusu pertumbuhan terhadap anak. Namun inilah faktanya.

Dan lebih mirisnya lagi adalah situasi inilah yang menjadi alasan Indonesia mengikatkan diri pada utang baru, mendapatkan pinjaman sebesar US$ 400 juta atau setara Rp 5,8 triliun (kurs Rp 14.500) dari World Bank.

Dengan pembahasan mengenai stunting diatas kita tahu bahwa darurat stunting bukan hanya menimbulkan kecemasan pada orang tua tapi juga negara. Karena hal ini tidak hanya berdampak pada masa depan anak, namun juga masa depan bangsa. Bagaimana bisa? karena stunting dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM yang mampu berkembang dan berkontribusi untuk bangsa. Kemiskinan dan kelemahan ekonomi berujung pada masalah pendidikan dan gizi buruk. Gizi buruk di masa pertumbuhan menghasilkan generasi yang tidak kompetitif dan kemampuan pikirnya sangat rendah. Inilah salah satu lingkaran setan yang harus bersama kita patahkan.

Oleh karenanya harus ada satu gerakan bersama agar lingkaran tersebut tidak bertambah besar di Indonesia, salah satunya melalui program Gemas atau Gerakan Emas. Dengan begitu sumber ekonomi rakyat akan meningkat dan stunting pun dapat dihilangkan. Karena sumber terjadinya stunting adalah faktor kemiskinan.

Visi dan Misi GERAKAN EMAS

  1. Mempersiapkan Indonesia memasuki Jaman keemasan pada tahun 2030. Indonesia Emas
  2. Indonesia Emas bergantung kepada Generasi Emas Indonesia. Mereka berusia 15-64 tahun yang jumlahnya 70% tenaga kerja produktif pada tahun 2030.
  3. Gerakan Emas bertujuan menyelamatkan Generasi Emas dari ancaman-ancaman yang menjadi penghalang, yang terutama ancaman Stunting.
  4. Gerakan Emas adalah Gerakan Emak-Emak dan Anak-Anak minum susu, yang akan menghilangkan ancaman Stunting atau kurang gizi kronis yang menghambat Generasi Emas.
  5. Gerakan Emas adalah gerakan membagi Sapi Perah dan Kambing kepada sebuah komunal yang terdiri atas 10 keluarga. Susunya akan diminum anak-anak mereka, sisanya dijual ke koperasi/pasar

Yuk sama-sama cegah stunting lebih luas lagi, karena generasi anak-anak adalah generasi emas masa depan yang nantinya akan membangun negara ini dalam menghadapi tantangan yang lebih besar lagi.

Instagram : @gerakanemas2030
Twitter : @gerakanemas2030
Website : gerakanemas.id

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

31 thoughts on “Cegah Stunting Pada Anak Sejak Dini

  1. Penting banget ya mencukupi kebutuhan gizi anak, kasian kalau ternyata sampai stunting. Mungkin kalau anak stunting, orangtuanya tidak ngeh karena dikira (maaf) pendek karena keturunannya. Padahal karena kurang gizi.

  2. Benar. Masa depan dan nasib bangsa kita ini semua ada di tangan mereka, para generasi muda bangsa. Karena itu mereka harus tumbuh normal, tercukupi nutrisi serta asupan gizi ke otak dan sehat serta cerdas.
    Masa masa golden age dan menyusui adalah masa terpenting untuk pertumbuhan anak ya

  3. Sayangnya di Indonesia ini masih lumayan angka stuntingnya, ini sebenarnya tuga kita bersama untuk memberikan edukasi. Karena kalau dari hasil surveyku waktu nulis buku, stunting di daerah itu karena si ibu suka menggampangkan asupan anak mereka. Contohnya pemerintah memberikan bantuan susu untuk anak tapi nyatanya susu itu digunakan oleh bapaknya untuk minum kopi atau teh.

  4. Stunting kadang tidak disadari oleh para orang tua karena sepertinya bukan termasuk penyakit yang sangat membahayakan. Padahal stunting akan berakibat buruk buat pertumbuhan anak-anak. Jadi sebaiknya orang tua harus tetap memperhatikan pertumbuhan anak-anaknya apakah sudah tercukupi gizinya atau belum.

  5. Tinggi juga ya ternyata angkanya. Pantes pemerintah Indonesia gencar banget sosialisasi tentang Stunting.

    Semoga kita semua bisa ya mencegah ternyata stunting.

  6. Perubahan hormon karena stres yang mengakibatkan stunting ini terjadi sejak anak masih dalam kandungan juga kah mba? Jadi ibu pas hamil mudah stres juga akan resiko anak stunting ?

  7. Saya setuju dan mendukung gerakan emas 2030 ini. Semoga gerakan ini mampu melahirkan generasi emas masa depan yang nantinya akan membangun negara ini dalam menghadapi tantangan yang lebih besar lagi.

  8. Betul banget mbak, stunting itu bisa dicegah bahkan sebelum ibunya berencana hamil yaaa. Gizi ibu hars baik dulu baru melahirkan anak2 yang sehat jg 😀
    Jd gak cuma konsen ke anak, tapi ke emak2 jg 😀

  9. Masalah stunting ini sempet jadi kekhawatiranku mir. Terutama karena aku mrlahirkan anak kedua dan anak ketiga dalam jarak yang dekat.

    Semoga anak-anak kita sehat selalu ya

  10. Stunting harus dicegah sejak dini ya mbak. Dan kayaknya para calon ibu kaya aku harus tahu sejak dini juga.

  11. Stunting ini wajib dicegah ya. Pastinya sebagai orang tua kita nggak mau anak kita menderita stunting. Untuk itu perlu pemahaman ya, terutama dalam hal nutrisinya…

  12. Wah bermanfaat banget sharingnya mba, serem yaa bahaya stunting, makanya kifa harus memperhatikan gizi anak dan rutin kontrol ke dokter. Alhamdulillah aku mendukung banget gerakan emas agar anak anak Indonesia bebas dari stunting.

  13. Wah bermanfaat banget sharingnya mba, serem yaa bahaya stunting, makanya kifa harus memperhatikan gizi anak dan rutin kontrol ke dokter. Alhamdulillah aku mendukung banget gerakan emas agar anak anak Indonesia bebas dari stunting.

  14. Khawatir kadang-kadang dengan pertumbuhan tumbuh kembang anak-anak aku nih. Tapi alhamdulillah sih tinggi nya masih normal dan sam dgn teman2 nya. Hanya memang ngga gemuk saja ehehe..tetap yaa perlu aware sebagai org tua atas masalah stunting ini..

Leave a Reply to IfaCancel reply

error: Content is protected !!