Toxic Parenting
jendelakeluarga.com – Halo Ayah Bunda, familiar dengan istilah ini? Mungkin terdengar asing ya bagi sebagian orang namun pada kenyataannya semua orang pasti pernah mengalaminya atau bahkan melakukannya.
Toxic Parenting mulai ramai diperbincangkan lagi ketika massive nya konten-konten di sosial media, sehingga banyak para ahli dan praktisi di bidang pengasuhan dan pendidikan anak turut membahasnya.
Sebenarnya apa itu Toxic Parenting?
Menurut Chivonna Childs, PhD seorang Psychologist, mengatakan bahwa Toxic Parent is a parent that puts their needs before their child. “They’re more self-centered than other-centered.” Artinya orang tua sudah dapat dikatakan toxic ketika bersikap lebih dulu menempatkan kebutuhan/keinginannya sendiri atau mementingkan diri sendiri dibandingkan anaknya.
Dari kalimat tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku pengasuhan toksik bukan hanya seputar yang horor-horor saja seperti kemarahan, pemukulan dan sejenisnya, melainkan hal kecil yang bersinggungan dengan mendahulukan kepentingan sendiri sudah dapat dikatakan Toxic Parenting.
Supaya lebih spesifik dan nyata seperti apa tindakan Toxic Parenting, berikut daftar panjang sikap toksik dari orang tua yang kasat mata hingga tak kasat mata.
Contoh Toxic Parenting
1. Menggunakan kekerasan fisik (misal memukul)
2. Berteriak, mengumpat, memarahi dengan kasar
2. Menyakiti hati secara verbal (misal menyindir)
3. Sulit mengendalikan emosi
4. Memaksakan kehendak
5. Meremehkan kemampuan
6. Menuntut di luar kemampuan
7. Suka menyalahkan dan tidak mau disalahkan
8. Mengungkit kesalahan
9. Membanding-bandingkan dengan orang lain
10. Merasa paling benar
11. Merasa berkuasa
12. Merasa paling berjasa
13. Suka mengontrol
14. Mengganggu privasi
15. Mempermalukan anak
16. Merasa bersaing dengan anak
17. Merasa tahu segala
18. Hilangnya empati
19. Mengkritik tanpa solusi
20. Minim apresiasi, lebih suka menghakimi
Akibat dari Toxic Parenting
- Hilangnya rasa percaya diri
- Hilangnya keamanan diri
- Hilangnya kenyamanan di rumah
- Merasa selalu diawasi
- Merasa dibatasi dan terpenjara
- Merasa tidak berharga
- Sulit menghargai diri sendiri
- Sulit menghargai orang lain
- Sulit percaya dengan orang lain
Cara Mencegah Toxic Parenting
Pola pengasuhan atau bagaimana cara mengasuh anak adalah pilihan masing-masing orang tua, namun kewajiban mengasuh anak dengan baik adalah sesuatu yang mutlak yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua.
Hal pertama cara mencegah Toxic Parenting adalah dengan memposisikan kita sebagai seorang anak. Bayangkan bagaimana perasaan Ayah/Bunda saat dulu semasa kecil diperlakukan tidak baik atau tidak nyaman oleh orang tua? perasaan itulah yang harus dilatih oleh Ayah/Bunda, empati pada anak.
Kedua, berusahalah untuk mengucapkan perkataan yang baik-baik saja di dekat anak, seperti halnya ayat dalam Q.S An Nisa berikut ini :
“Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang baik.” (Q.S. An-Nisa: 9)
Arti dari “generasi yang lemah” di sini dimaksudkan pada anak-anak, dimana memiliki pengertian lemah dalam semua aspek; fisik, materil, intelektual, moral dan spiritual, dibandingkan orang dewasa. Sehingga sudah seharusnya dilindungi dan dididik dengan baik.
Satu hal penting dalam urusan parenting (pola pengasuhan dan pendidikan anak) ialah menjadi teladan yang baik seperti pada ayat di atas, dikatakan bahwa orang tua hendaknya bertaqwa kepada Allah serta mengucapkan perkataan yang baik.
Menjadi orang tua bukan hanya harus mampu memberikan nasihat (tausiyah), tetapi juga mampu menjadi teladan yang baik (uswah).
Sehingga cobalah kita sebagai orang tua berusaha untuk berkomunikasi yang baik dengan anak, dengarkan keluhannya, keinginannya, perhatikan potensi yang dimilikinya kemudian diarahkan dan difasilitasi agar mereka mampu menjadi orang sukses di kemudian hari.
Bukan sebaliknya, menghujani mereka dengan pola asuh yang merusak atau Toxic Parenting.
“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami apabila kami lupa atau kami salah. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan (beban yang berat) kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup bagi kami untuk memikulnya…” (potongan QS Al Baqarah 286)
…