Pahami 4 Kodrat Perempuan
jendelakeluarga.com – Siapa yang setuju jadi perempuan itu susah-susah-sulit?
Iya, kamu ga salah baca, susah dan sulit punya makna yang sama, dan memang sesulit itu jadi perempuan :’)
Mari kita runut dari lahir, sejak hadir di dunia dan tentunya dimulai dari rumah.
Ketika seorang anak perempuan beranjak besar, biasanya mereka akan mendapatkan beban, tanggung jawab dan ekspektasi yang tinggi dari orang tuanya dibandingkan anak laki-laki, terlebih jika ia yang di-tua-kan atau lebih dulu dilahirkan.
Misalnya saja dalam hal pembagian tugas di rumah, seperti menyapu, mencuci piring, dan urusan rumah tangga lainnya sampai mengajarkan pelajaran sekolah adik-adiknya.
Padahal mereka sama-sama berstatus anak dan tinggal di rumah yang sama, tapi kenapa ya anak laki-laki terkesan diberi kebebasan dan minim tanggung jawab dibandingkan anak perempuan???
Jawabannya karena mindset kuno yang salah dari orang tua zaman dulu. Dimana mereka masih menganut paham anak perempuan nantinya mau bagaimanapun pasti ujung-ujungnya mengurus rumah tangga sehingga sejak kecil mereka sudah didekatkan dengan hal-hal semacam itu.
Tentu saja tidak semua, namun budaya ketimuran kita masih banyak yang menganut demikian.
Selain pembagian tanggung jawab di rumah, untuk urusan pendidikan juga tak kalah timpangnya. Dimana perempuan yang katanya lebih mudah diatur dan diarahkan sehingga terbangun ekspektasi yang tinggi pada orang tua untuk mengarahan anak perempuannya ke jalur yang belum tentu anaknya minati, seperti jurusan IPA kala SMA atau jurusan science atau finance ketika kuliah.
Betul atau betul? ada yang mengalaminya?
Gpp, itu juga bagian dari pengalaman saya.
Lanjut lagi?
Ok, lanjut ketika seorang anak perempuan memasuki jenjang pernikahan. Setelah resmi berstatus istri maka biasanya perempuan akan otomatis menyandang toga sebagai Kepala Rumah Tangga. Iya dalam arti yang sebenarnya, kepala atau pemimpin yang mengurusi semua hal di dalam rumah atau bahasa kerennya urusan domestik, seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah dari ujung ke ujung, atas ke bawah, kanan ke kiri.
Yes lagi-lagi karena mindset manusianya yang salah, dan kali ini terletak pada suaminya.
Padahal dalam undang-undang pernikahan tidak ada yang menyebutkan bahwa urusan pekerjaan di rumah dibebankan seluruhnya pada perempuan. Bahkan jika kita mau memasukkan unsur islami dalam pembahasan ini, Rasulullah SAW sangat memuliakan istrinya dengan banyak membantu pekerjaan rumah tangga.
So, sudah tentu yang salah itu adalah pemikiran orang tua kita atau kakek buyut sejak zaman dulu. Sayangnya hal itu masih terus mengakar hingga saat ini. Pekerjaan yang sepatutnya dapat dikerjakan suami istri malah seolah-olah harus dilakukan dan ditelan mentah-mentah oleh perempuan sebagai bentuk kewajibannya berstatus istri.
“Hai Para Suami, muliakan istri kalian dengan menyediakan Assisten Rumah Tangga, jika belum mampu secara materi maka buatlah pembagian tugas di rumah secara adil, karena sesungguhnya uang yang kalian berikan tidak sebanding dengan beban yang mereka emban.”
Masih lanjut lagi..
Belum selesai masalah perempuan.
Ketika berumahtangga dan kemudian dihadapi dengan masalah keuangan, maka siapa yang akan maju berdiri paling depan membantu suami?
Siapa lagi kalau bukan istrinya.
Dari sini seorang perempuan juga dituntut untuk ikut terjun mencari tambahan pundi-pundi rupiah untuk membantu ekonomi keluarga dengan ikut mengambil alih tugas utama suami dalam mencari nafkah, entah dengan pekerjaan freelance atau berjualan online. Ada? Buanyakkk!
Dan ketika mempunyai anak, bertambah lagi bebannya untuk mengurus manusia kecil titipan Allah yang seharusnya dikerjakan bersama-sama suami namun lagi-lagi dibebankan kepada istri.
Bagaimana dengan beban-beban sebelumnya? Tentu saja tidak berkurang justru malah bertambah berat hidupnya.
Lalu apa makna dari cerita di atas? apakah istilah susah-susah-sulit menjadi perempuan sudah dapat dibayangkan?
Itulah jahatnya stigma di masyarakat kita terhadap perempuan. Sering sekali disebut-sebut sebagai makhluk paling lemah tapi justru dibebankan yang berat-berat dalam kehidupan nyata.
Semoga yang baca artikel ini suaminya pengertian dan baik-baik ya :))
Ok, sekarang kita masuk ke dalam pembahasan apa itu sesungguhnya Kodrat Perempuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Kodrat memiliki arti kekuasaan (Tuhan): manusia tidak akan mampu menentang – atas dirinya sebagai makhluk hidup, hukum (alam): benih itu tumbuh menurutnya, (n) sifat asli; sifat bawaan.
Apa saja yang masuk ke dalam kategori Kodrat Perempuan?
Hanya ada 4 Kodrat Perempuan
1. Menstruasi atau Haid
2. Hamil
3. Melahirkan
4. Menyusui
Tanpa perlu diuraikan definisinya satu persatu, terlihat jelas bahwa yang biasa orang sebut sebagai pekerjaan perempuan seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak, hingga mendidik anak sebagai kodrat perempuan adalah salah besar.
Terlepas dari mereka kurang berilmu atau malah bagian dari akal busuk laki-laki yang berusaha meninggikan derajatnya dengan cara merendahkan perempuan. Naudzubillah, wallahu a’lam bishawab.
Semoga yang membaca artikel ini menjadi generasi yang dapat menghentikannya ya 🙂
***