Berprasangka Baik Kepada Allah

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 15 Jumadal Ūlā 1437 H / 24 Februari 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
🔊 Pengajian Islam | Hidup Sukses Dengan Berprasangka Baik Kepada Allāh (bagian 1 dari 3)
⬇ Download Audio: https://goo.gl/p5mv1T

📡 Sumber:

Video Khutbah Jum’at: Kiat Hidup Sukses dengan Berprasangka Baik kepada Allah – Ust. Firanda Andirja, MA.


〰〰〰〰〰〰〰〰〰

HIDUP SUKSES DENGAN BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH (BAGIAN 1 DARI 3)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله على إحسانه والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيمًا لشانه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Sesungguhnya di antara ibadah yang sangat agung yang merupakan ibadah hati adalah berhusnuzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Berbaik sangka kepada Pencipta kita yang telah memberi rizki kepada kita, yang telah memudahkan segala urusan kepada kita.

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā mencintai orang-orang yang berbuat baik.”

(QS Al Baqarah: 195)

Ibnu Jarir Ath Thabarī rahimahullāh dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Ikrimah menafsirkan ayat ini:

وَأَحْسِنُوا أي أحسنوا الظن بااله

“Berbuat baiklah, yaitu berprasangkalah baik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah bersabda:

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ

“Janganlah sampai salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

(HR Muslim dari Jabir radhiyallāhu ‘anhu)

Dalam hadits qudsi, Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

“Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan hamba-Ku. Oleh karenanya, hamba-Ku. silahkan dia berprasangka dengan apa yang dia mau terhadap diri-Ku,

إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ ‍

Jika dia berbaik sangka berupa kebaikan maka kebaikan baginya, jika dia berprasangka buruk maka keburukan baginya.”

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’ālā,

Sungguh, tatkala seorang hamba senantiasa berprasangka baik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, maka dia telah mendapatkan kebaikan yang sangat besar.

Ibnu Mas’ud radhiyallāhu Ta’ālā ‘anhu pernah berkata:

“Tidaklah seorang hamba diberikan kebaikan yang lebih baik daripada berbaik sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

Oleh karenanya, kita seorang muslim hendaknya berbaik sangka kepada Rabb kita, terutama pada kondisi-kondisi berikut ini:

√ KONDISI PERTAMA | Tatkala seorang bertaubat setelah melakukan perbuatan dosa.

Maka hendaknya dia segera bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dan berbaik sangka kepada Allāh bahwasanya Allāh akan menerima taubatnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā:

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā menerima shadaqah dan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dialah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.”

(QS At Taubah: 104)

Ingatlah hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فَقَالَ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِيْ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ . ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ ، فَقَالَ: أيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِيْ أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ . ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ ، فَقَالَ: أيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِيْ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ ، اِعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ.

“Seorang hamba melakukan dosa kemudian dia berkata, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku.”

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman, “Sesungguhnya hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa dan ia mengetahui bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa.’

Kemudian hamba ini melakukan dosa lagi dan ia berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku.’

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman, “Sesungguhnya hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa dan ia mengetahui bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa.’

Kemudian hamba ini melakukan dosa lagi dan ia berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku.’

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman, “Sesungguhnya hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa dan ia mengetahui bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa.

“Berbuatlah sekehendakmu, karena aku pasti mengampunimu (jika kamu bertaubat).”

(HR Bukhâri: 7507 dan Muslim: 2758)

• Kata para ulama:

“Selama seorang berdosa, kemudian bertaubat, kemudian berdosa, kemudian bertaubat dan memenuhi persyaratan taubat, maka selama itu pula Allāh akan senantiasa mengampuni dosa-dosanya.”

Oleh karenanya, seorang tatkala terjerumus dalam kemaksiatan, jangan dia menunda-nunda taubatnya.

Yakinlah bahwasanya Allāh maha menerima taubatnya.

Seketika dia bertaubat, seketika itu pula Allāh akan mengampuni dosa-dosanya.

Ingatlah sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

لله أرحم بعباده من هذه بولدها

“Sesungguhnya Allah Subhānahu wa Ta’āla lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sendiri.”

(HR Bukhari dan Muslim)

√ KONDISI KEDUA | Tatkala kita berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Hendaknya kita berdoa dengan kondisi meyakini bahwasanya:

↝ Allāh akan mengabulkan doa-doa kita

Bagaimana tidak?

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā telah berfirman dalam Al Qur’an:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Rabbmu telah berkata, ‘Berdoalah kepadaKu (mintalah kepada-Ku), niscaya Aku akan kabulkan permintaan kalian’.”

(QS Al Mu’min: 60)

Dalam ayat yang lain kata Allāh Subhānahu wa Ta’ālā:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau wahai Muhammad tentang Aku, katakanlah Aku sangat dekat, Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku.”

(QS Al Baqarah: 186)

Rasululllāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ لاهٍ

“Berdoalah kalian kepada Allāh dalam kondisi yakin bahwasanya Allāh akan mengabulkan doa kalian. Dan ketahuilah bahwasanya Allāh tidak akan mengabulkan doa seorang yang hatinya lalai.”

(HR Tirmidzi: 3479)

↝ Allāh tidak akan mengabulkan doa yang tidak berhusnuzhan kepada Allāh, yang tidak yakin dikabulkan, akan tetapi jika seorang berhusnuzhan (berbaik sangka) kepada Allāh dan meyakini bahwasanya Allāh akan mengabulkan doanya, maka Allāh akan mengabulkan doanya.

Bagaimana Allāh tidak mengabulkan permintaan seorang mukmin yang bertaqwa kepada Allāh? Sedangkan iblis Allāh kabulkan doanya.

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (٣٦) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (٣٧)

“Iblis berkata, ‘Ya Allāh, tangguhkanlah kematianku sampai hari kiamat.’
Kata Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, ‘Kau akan ditangguhkan kematianmu’.”

(QS Al Hijr: 36-37)

Bagaimana kita bersu’uzhan (berburuk sangka) kepada Allāh, sementara Allāh Subhānahu wa Ta’ālā mengabulkan doa-doanya orang-orang kafir?

Dalam Al Qur’an Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Tatkala mereka (kaum musyrikin) berlabuh di lautan dan mereka diterpa dengan ombak yang begitu besar,merekapun berdoa kepada Allāh dengan penuh keikhlasan, Allāh kabulkan, Allāh selamatkan mereka menuju daratan, tatkala Allāh selamatkan mereka menuju daratan, tiba-tiba mereka berbuat kesyirikan kembali.”

(QS Al ‘Ankabut: 65)

Bagaimana dengan seorang,

√ Yang beriman.
√ Yang bertaqwa.
√ Yang sujud.
√ Yang merendahkan dirinya karena Allāh Subhānahu wa Ta’ālā?
√ Yang mengalirkan air mata dengan penuh pengharapan, minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā?
√ Yang berdoa di sepertiga malam yang terakhir, tatkala semua orang dalam keadaan tidur.

Bagaimana orang seperti ini tidak akan dikabulkan doanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā?

Sementara Allāh Subhānahu wa Ta’ālā mencari hamba-hamba-Nya yang berdoa di sepertiga malam yang terakhir.

Allāh berkata:

هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ

“Apakah ada di antara hamba-Ku yang beristighfar, Aku akan ampuni dosa-dosanya. Apakah ada diantara hamba-hamba-Ku yang minta, maka Aku akan kabulkan permintaanya.”

(HR Ahmad: 9220)
__________________________________________

***

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 20 Jumadal Ūlā 1437 H / 29 Februari 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
🔊 Pengajian Islam | Hidup Sukses Dengan Berprasangka Baik Kepada Allāh (bagian 2 dari 3)
⬇ Download Audio: https://goo.gl/bX2zVH

📡 Sumber:

Video Khutbah Jum’at: Kiat Hidup Sukses dengan Berprasangka Baik kepada Allah – Ust. Firanda Andirja, MA.


〰〰〰〰〰〰〰〰〰

HIDUP SUKSES DENGAN BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH (BAGIAN 2 DARI 3)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله على إحسانه والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيمًا لشانه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’ālā,

Diantara kondisi seseorang yang hendaknya berhusnuzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā adalah:

√ KONDISI KETIGA | Tatkala dia mencari rizki.

Hendaknya dia berhusnuzhan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā akan memberikan rizki kepadanya.

Ketahuilah, sungguh menakjubkan seorang manusia yang berburuk sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dalam masalah rizki, sementara tatkala masih berupa janin dalam perut ibunya, Allāh telah memberi rizki melalui ibunya.

Tatkala dilahirkan dalam keadaan masih kecil, dia tidak bisa berbuat apa-apa, Allāh berikan rizki sampai dia besar.

Kemudian dia sekolah sampai dia dewasa, kemudian setelah dia memiliki ijazah, kemudian setelah memiliki gelar, kemudian dia telah memiliki kekuatan, namun kemudian dia bersu’uzhan kepada Allāh, bahwasanya Allāh tidak akan memberi rizki kepada dia.

Ini merupakan su’uzhan yang tidak pada tempatnya.

Kalau tatkala dia masih janin dan masih kecil saja Allah memberi rizki kepada dia, bagaimana setelah dia telah memiliki kekuatan kemudian Allāh tidak memberi rizki kepadanya?

Hendaknya dia berusaha dan bertawakkal kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dan mencari sebab-sebab rizki. Baik sebab-sebab rizki yang zhahir maupun ukhrawi.

Kebanyakan orang tatkala mereka mencari rizki, mereka hanya bersandar kepada sebab-sebab yang zhahir.

Padahal di sana ada sebab-sebab ukhrawi yang harus diperhatikan bagi orang-orang yang mengharapkan rizki dari Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, yaitu:

🔗(1) BERTAQWA KEPADA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLĀ

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allāh, maka Allāh akan berikan solusi kepada permasalahannya dan Allāh akan berikan rizki kepada dia dari arah yang dia tidak sangka-sangka.

Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allāh, maka Allāh akan mencukupkan (keperluan)nya.”

(QS Ath Thalāq: 2-3)

Oleh karenanya, jika seseorang tatkala mecari rizki merasa seluruh pintu tertutup, sulit bagi dia untuk mencari rizki padahal usaha telah dilakukan, maka perbaiki dirinya.

Jangan terlalu “PD” (percaya diri) dengan dirinya.

Mungkin dia telah terjerumus dalam berbagai macam kemaksiatan.

✖️Apakah karena dia tidak menjaga lisannya;
✖️Apakah dia tidak menjaga pandangannya;
✖️Apakah dia tidak menjaga hatinya.

Hendaknya diperbaiki ketakwaan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā niscaya Allāh akan berikan rizki kepada dia dari arah yang dia tidak sangka-sangka.

Oleh karenanya, sebagian ulama mengatakan:

“Jika seseorang dimudahkan rizki dari arah yang tidak dia sangka-sangka itu adalah tanda bahwasanya dia telah bertakwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

Diantara hal yang bisa mendatangkan rizki berikutnys adalah:

🔗(2) BERSILATURAHMI

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَ حَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan ingin dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturahmi.”

(HR Bukhari 5986 dan Muslim 2557)

Yakinlah, jika anda menyambung silaturahmi, memberikan hadiah kepada karib kerabat, terutama menyambung silaturahmi kepada ayah dan ibu, maka segala kesuksesan akan mendatangi anda.

Terutama menyambung silaturrahmi dengan orang yang paling berhak antum silaturahmi yaitu kedua orang tua antum.

Diantara hal yang bisa mendatangkan rizki lainnya adalah:

🔗(3) BERSHADAQAH

Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sesungguhnya shadaqah tidak akan mengurangi rizki.”

(HR Muslim: 2558)

Bahkan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman dalam hadits qudsi:

يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

“Wahai anak Adam, berinfaqlah! Maka Aku akan infaq kepada engkau.”

(HR Ahmad: 6997)

Semakin seorang bershadaqah yakinlah bahwasanya Allāh akan menambahkan rizkinya.

Bagaimana caranya? Itu urusan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’ālā,

Diantara kondisi yang sangat dituntut seorang untuk berhusnuzhan kepada Allah dan ini kondisi yang sangat genting, yaitu:

√ KONDISI KEEMPAT | Tatkala dia akan meninnggal dunia.

Dalam Shahih Muslim rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

“Jangan sekali-kali salah seorang diantara kalian meninggal dunia kecuali dalam kondisi berhusnuzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

(HR Muslim: 2877)

Tatkala dia akan meninggal dunia, maka hendaknya dia kuatkan sisi pengharapan dia kepada Allah.

Ingat tentang janji Allāh bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā memiliki sifat-sifat yang mulia.

Allāh adalah Al Ghafūr (Yang Maha Pengampun), Allāh adalah Rahīm, Ar Rahmān (Yang Maha Penyayang).

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā mengatakan dalam hadits qudsi:

إِنَّ رَحْمَتِى سبقت غَضَبِى

“Sesungguhnya kasih sayang-Ku mengungguli kemarahan-Ku”

(HR Bukhari: 7422)

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

“Sesungguhnya rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.”

(QS Al A’rāf: 156)

Ingat janji Allāh Subhānahu wa Ta’ālā bahwasanya Allāh Maha Pengampun dan lagi Maha Penyayang.

Seseorang tatkala akan meninggal dunia hendaknya dia menguatkan sisi harapan dia kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, karena Allāh Subhānahu wa Ta’ālā telah berfirman dalam hadits qudsi:

إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ ‍

“Jika dia berprasangka baik maka bagi dia kebaikan, dan jika dia berprasangka buruk, maka dia akan mendapatkan keburukan tersebut.”

Akan tetapi, Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’ālā,

Berhusnuzhan kepada Allāh tidaklah mudah, terutama kepada orang-orang yang tergelam dalam kemaksiatan.

Hati mereka akan terbungkus dengan warna hitam, sehingga dia selalu su’uzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Dan begitu buruknya maka tatkala dia akan meninggal dunia, dia tidak bisa berhusnuzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Dia menyangka Allāh akan menyiksanya, dia menyangka Allāh akan masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.

Dan jika dia berprasangka buruk maka Allāh akan bermuamalah, menyikapi dia, sesuai dengan persangkaannya.
_________________________________________________________

***

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Jumadal Ūlā 1437 H / 02 Maret 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
🔊 Pengajian Islam | Hidup Sukses Dengan Berprasangka Baik Kepada Allāh (Bag. 3 dari 3)
⬇ Download Audio: http://bit.ly/TemFA-02-03-16

📡 Sumber:

Video Khutbah Jum’at: Kiat Hidup Sukses dengan Berprasangka Baik kepada Allah – Ust. Firanda Andirja, MA.


〰〰〰〰〰〰〰〰〰

HIDUP SUKSES DENGAN BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH (BAGIAN 3 DARI 3)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله على إحسانه والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيمًا لشانه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Diantara kondisi yang perlu juga agar kita berhusnuzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, yaitu:

√ KONDISI KELIMA: Tatkala kita terkena musibah.

Seorang mukmin yang bertakwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā adalah yang berusaha menjauhi kemaksiatan, berusaha menjauhi larangan-larangan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Meskipun terkadang terjerumus dalam kemaksiatan, meskipun terkadang melanggar perintah Allāh, tetapi dia senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allāh.

Jika dia telah berusaha kemudian musibah menimpanya maka yakinlah bahwasanya apa yang dipilih Allāh kepadanya, yang ditetapkan Allāh baginya adalah yang terbaik.

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Bisa jadi kalian membenci sesuatu dan itu yang terbaik bagi kalian. Dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagi kalian. Allāh yang mengetahui dan kalian tidak mengetahui.”

(QS Al Baqarah: 216)

Allāh yang menciptakan kita lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita, yang lebih mashlahat bagi kita.

Seorang hamba boleh berangan-angan, seorang hamba boleh bercita-cita, punya harapan-harapan, akan tetapi terkadang keputusan Allāh bertentangan dengan cita-citanya, bertentangan dengan harapannya.

Yakinlah, bahwasanya apa yang diputuskan Allāh itu yang terbaik bagi dia di masa depan dia.

Karena Allāh lebih mengetahui tentang masa depannya dan Allāh lebih mengetahui tentang kemaslahatannya.

Bahkan terkadang -kata Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh- anugrah Allāh turunkan bagi seorang hamba dalam bentuk musibah dan Allāh telah memberikan contoh dalam Al Quran.

Contoh yang pertama adalah kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.

Nabi Yusuf ‘alaihissalam, bagaimana dia bisa menjadi seorang Al Aziz, seorang menteri yang mulia di negeri Mesir.

Setelah melalui berbagai macam musibah, ternyata musibah-musibah yang datang beruntun tersebut merupakan anugrah dari Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, sehingga dia bisa menjadi seorang menteri.

🔗 Musibah pertama, dipisahkan dari orangtuanya dimasukkan dalam sumur.

Kemudian setelah itu ada orang menemukan Nabi Yusuf dalam sumur dan dikeluarkan.

🔗 Bukannya di selamatkan disuruh pulang ke rumah orang tuanya, ternyata dijadikan budak untuk dijual, musibah berikutnya.

🔗 Kemudian, setelah dia tinggal di Mesir, dirayu oleh permaisuri, akhirnya dituduh dan diapun di penjara, ini musibah berikutnya.

🔗 Kemudian, tatkala dia di penjara datang dua orang minta untuk ditafsirkan mimpinya. Salah satunya ditafsirkan akan dibunuh salah satunya ditafsirkan oleh Nabi Yusuf akan selamat.

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman:

وَقَالَ لِلَّذِي ظَنَّ أَنَّهُ نَاجٍ مِنْهُمَا اذْكُرْنِي عِنْدَ رَبِّكَ فَأَنْسَاهُ الشَّيْطَانُ ذِكْرَ رَبِّهِ فَلَبِثَ فِي السِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ

Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Maka setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.”

(QS Yusuf 42)

Ini musibah berikutnya.

==> Maksud nabi Yusuf apa?

Yaitu, semoga tatkala orang ini menyebutkan kebaikan-kebaikan Nabi Yusuf maka sang raja akan membebaskan Nabi Yusuf dan dikembalikan kerumah orang tuanya.

Ternyata Allāh Subhānahu wa Ta’ālā menghendaki yang lain, Allāh menghendaki agar Nabi Yusuf menafsirkan mimpi sang raja ketika ditambah penjaranya bertahun-tahun tersebut.

Sang raja bermimpi:

إِنِّي أَرَى سَبْعَ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنْبُلاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ

“Saya telah melihat ada tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan tujuh ekor sapi yang kurus kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh lainnya yang kering.”

(QS Yusuf: 43)

Orang yang pernah ditafsirkan mimpinya oleh Nabi Yusuf baru ingat tentang Nabi Yusuf adalah seorang penafsir mimpi.

Kemudian dihadirkan Nabi Yusuf untuk menafsirkan mimpi sang raja.

Tatkala itu nampaklah kemuliaan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, akhirnya Nabi Yusuf diangkat menjadi seorang menteri.

Lihatlah, bagaimana kemuliaan anugrah yang Allāh berikan kepada Nabi Yusuf, ternyata datang melalui berbagai macam musibah yang datang beruntun.

Di balik musibah bertahun-tahun tersebut ada karunia dan anugrah yang luar biasa yaitu beliau diangkat menjadi seorang menteri.

Oleh karenanya, para hadirin yang di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Jika kita diberi musibah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, maka bersabarlah dan berhusnuzhan bahwasanya:

“Dibalik segala musibah tersebut pasti ada kebaikan, ada hikmah yang terkadang kita ketahui dan terkadang tidak kita ketahui.”
______________________________________

Disclaimer :
Semua materi yang di share sudah melalui persetujuan Founder atau PIC dari komunitas yang bersangkutan tanpa menghilangkan format asli termasuk header-footer.

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!