Perkembangan Bahasa Anak Usia 0-6 Tahun

Perkembangan Bahasa Bayi Usia 0-2 Tahun

Senin, 8 Februari 2016

Tiga tahun pertama kehidupan saat dimana otak sedang berkembang dan mematang merupakan periode yang  intensif dalam perkembangan kemampuan bicara dan bahasa bayi. Ketrampilan ini akan berkembang baik melalui suara, hal yang dilihat, paparan yang konsisten yang didapatkan dari pembicaraan dan bahasa orang di sekitar bayi.

Tanda-tanda bayi berkomunikasi terjadi ketika bayi belajar bahwa menangis akan membawa makanan, kenyamanan, dan perhatian. Bayi yang baru lahir juga mulai mengenali suara penting dari lingkungannya, seperti suara ibu atau pengasuh utama. Umumnya pada usia 6 bulan, bayi mulai mengenali suara dasar bahasa utama mereka. 

Berikut merupakan capaian perkembangan bahasa bayi:

🐣0-3 bulan
Bereaksi terhadap suara keras
Merasa tenang atau tersenyum ketika ada yang mengajaknya berbicara
Mengenali suara pengasuh utama dan menjadi tenang saat mendengarnya (ketika menangis)
Ketika diberi makan (ASI) mulai atau berhenti menghisap untuk merespon suara
Mengoceh seperti “aah”, “uuh” (cooing) dan membuat suara yang menyenangkan
Memiliki tangisan-tangisan khusus untuk kebutuhan yang berbeda (biasanya tangisan ketika lapar, mengantuk akan berbeda caranya)
Tersenyum ketika melihat bunda atau pengasuh utama

🐣4-6 bulan
Mengikuti suara melalui mata mereka
Berespon bergantung intonasi suara Bunda atau pengasuh utama
Menyadari bahwa mainan dapat menimbulkan bunyi
Memberi perhatian pada suara-suara berirama atau musik
Mulai babling (papapa, bababa, mamama)
Tertawa
Melakukan babling ketika gembira atau tidak senang
Mengoceh ketika sendiri atau sedang bermain bersama orang lain

🐣7 bulan -1 tahun
Senang saat bermain cilukba
Menoleh dan melihat asal suara
Menoleh ke asal suara ketika dipanggil namanya
Mulai menyadari nama pengasuhnya dan akan bereaksi ketika nama pengasuhnya disebut
Mulai dapat mengungkapkan persetujuan atau ketidaksetujuan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala
Mendengarkan ketika diajak berbicara
Tersenyum dan menangis untuk mengekspresikan perasaan mereka
Memahami kata-kata umum seperti, botol, sepatu, minum
Memberikan perhatian untuk perintah sederhana seperti “No”, atau “Kasih ke Bunda”.
Memahami kata “tidak” namun tidak akan selalu mematuhinya
Babling dengan menggunakan rangkaian suara seperti “tata, bibibi, upup”
Babling untuk mendapatkan perhatian
Meniru beberapa suara
Dapat mengucapkan satu atau dua suku kata di ulang tahun pertamanya (misal, mama, hi, dsb).
Berteriak untuk mendapatkan perhatian

🐣1-2 tahun
Mengetahui beberapa bagian tubuh dan dapat menunjuknya ketika ditanya
Mengikuti perintah sederhana (misal: “lempar bolanya”) dan memahami pertanyaan sederhana (“dimana sepatu adek?”)
Menikmati ketika mendengarkan cerita pendek dan sederhana, lagu, atau alunan irama
Menunjuk gambar, ketika disebutkan, yang ada di dalam buku
Mampu bertanya beberapa pertanyaan mengenai orang atau sesuatu (misal, cicak mana? Pergi?)
Menggunakan dua kata bersama (misal “mau lagi”)
Menggunakan berbagai macam konsonan di permulaan kata

❤Beberapa hal yang dapat dilakukan
💭Mengajarkan bergiliran berbicara yang merupakan aturan sosiolinguistik pertama. Contohnya ketika Bunda mengatakan “Siapa yang pintar?”, Bayi akan berespon dengan suara, lalu Bunda bisa meresponnya dengan mengatakan “Iya, anak Bunda ya pintar”.
💭Dengarkan Bayi, jangan menyela bayi ketika sedang asyik mengoceh, tunggu sampai ia berhenti.
💭Matikan televisi atau perangkat suara lain ketika sedang belajar berkomunikasi dengan bayi Anda.
💭Bacakan buku cerita sederhana ketika tidur. Selain sebagai sarana untuk mengajarkan kata-kata baru, menunjukkan hubungan kata dengan gambar, hal ini juga dapat meningkatkan kelekatan antara anak dengan Bunda. 
Karena saya salah mengingat jadwal materi apa yang harus diberikan (yang saya siapkan sebelumnya malah mengenai perkembangan sosial-emosional, 😝), semoga yang singkat dan sedikit ini dapat memberikan manfaat bagi Bunda semua. Mohon maaf atas segala kekurangan 🙏. Semoga bermanfaat 😘
Sumber:
www.nidcd.nih.gov

Follow us :
Instagram : @rumahmainanak 
Fanpage Facebook : Rumah Main Anak
Blog: www.rumahmainanak.com

*** *** ***

Perkembangan bahasa usia anak 2- 4 tahun
Hari / Tanggal : Rabu / 10 Februari 2016
Pemateri : Chairunnisa Rizkiah, S.Psi
Peresume : Kharisma

💬 Di materi sebelumnya tentang perkembangan kognitif, saya sudah menyinggung tentang perkembangan bahasa juga. Anak usia 2-4 tahun mengalami peningkatan jumlah kosakata yang pesat, dan mulai lebih banyak mengeksplorasi dunia sekitar mereka dengan bahasa. Pertanyaan “ini apa?” sering muncul seiring bertambahnya kosakata dan kemampuan untuk memahami bahasa. Kata-kata yang sudah dipelajari dan kata-kata baru juga diproses untuk memahami konsep-konsep di lingkungan sekitar mereka.

💬 Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Kemampuan seseorang dalam berbahasa terdiri dari dua aspek, yaitu kemampuan reseptif (menerima) dan kemampuan ekspresif (menyampaikan). Kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memproses dan memahami pesan dari bahasa, baik tertulis, lisan, maupun isyarat/gestur. Contohnya adalah anak memahami instruksi “taruh sepatu di rak” dari orangtua. Di sisi lain, kemampuan ekspresif adalah kemampuan untuk menghasilkan suara atau kata secara lisan, isyarat/gestur, atau bentuk tertulis untuk menyampaikan pesan.  Contohnya adalah kemampuan anak untuk menyampaikan kebutuhannya, “Mau minum”.

💬 Perkembangan bahasa dan tentunya perkembangan psikososial, memungkinkan anak untuk mulai belajar menyampaikan keinginan dan kebutuhannya dengan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tidak lagi dengan menangis dan tantrum.

💬 Secara umum, anak usia 2 tahun mulai dapat melakukan hal-hal berikut:
·Berbicara dengan kalimat sederhana (2-3 kata). Biasanya berbentuk Subyek + predikat sederhana seperti “Adek bobok”, “Papa brum” (papa naik mobil), “Mama sini”, dsb. Semakin lama, struktur kalimat akan semakin baik, seperti “Adek mau bobok”, “Papa di mobil”, dsb.
·Menunjuk benda atau gambar bila nama bendanya disebutkan
·Mengenali nama orang-orang, benda, dan bagian-bagian tubuh yang familiar baginya
·Bertanya tentang nama benda, “ini apa?”
·Mengikuti instruksi sederhana, misalnya “pakai sepatu” dan “ambilkan gelas”
·Mengulangi kata yang didengar
·Memahami arti gestur/isyarat yang familiar baginya, seperti anggukan (iya, boleh), gelengan (bukan, tidak, jangan), telapak tangan di depan (stop, tos) 
·Menjawab pertanyaan sederhana tentang cerita yang dibaca, misalnya “Nama anak ini siapa ya?”. Atau bercerita tentang kegiatan atau pengalamannya dengan kata-kata sederhana dengan dibantu isyarat.

💬 Sedangkan anak usia 3-4 tahun, selain bisa melakukan hal-hal di atas, juga mulai dapat melakukan hal-hal berikut:
·Berbicara dengan kalimat sederhana 3-5 kata, dengan struktur kalimat yang lebih baik. Contohnya, “Aku mau yang biru”, “Aku udah makan”, dan “Nanti aku pergi sama mama”.
·Menggunakan kata ganti seperti “aku”, “kamu”, “dia”, dan “kita”
·Mengikuti instruksi bertahap, bisa 2 atau 3 tahap sekaligus. Misalnya, “pakai sepatu, ambil tas, lalu berbaris di depan pintu”
·Bertanya dengan kata apa, siapa, kapan, mana, bagaimana (misalnya “gimana caranya?”). Pertanyaan “kenapa” mulai lebih banyak muncul menjelang usia 4 tahun
·Mengulangi kalimat singkat yang didengar
·Mencoba menjelaskan dengan kata-kata lain atau dengan bantuan isyarat bila orang lain tidak mengerti maksud perkataannya
·Memahami simbol dan artinya. Misalnya “dua” berarti ada dua benda, dan huruf “i” itu huruf yang bentuknya “i”. Sebagian anak juga sudah mulai mengenali kata yang familiar, seperti tulisan nama panggilannya sendiri.
·Usia 3-5 adalah usia pra-membaca, di mana sudah mulai dilakukan persiapan untuk masuk ke tahap membaca. Di usia ini anak sudah bisa mengulangi cerita dari buku cerita bergambar yang sering dibaca, mencoba bercerita berdasarkan gambar yang dilihat dalam buku, dan mengingat tulisan beberapa kata (bukan per hurufnya tapi katanya secara utuh), terutama kata yang sering muncul dalam cerita.

💬 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan bahasa anak usia 2-4 tahun:

1.Orang dewasa di sekitar anak perlu mencontohkan cara pengucapan kata yang benar. Misalnya anak bilang “meong”, “Oo itu namanya kucing. Bunyinya meong.” Atau anak bilang “Num” atau “cucu”, orangtua bisa mengulangi, “Minum” dan “susu”.

2.Pengenalan kata baru dapat dilakukan dengan menyebutkannya dengan agak pelan dan dengan penggalan kata yang jelas. Contohnya “ku-cing”, “mi-num”, “mo-bil”, “a-ir”, dsb. Orangtua juga perlu bersabar untuk meminta anak mengulangi kata baru yang didengarnya tadi. Jangan lupa juga untuk memberi pujian setiap kali anak sudah berusaha.

3.Bila anak bertanya atau mengungkapkan sesuatu yang maknanya belum dipahami oleh orangtua, tidak perlu ragu untuk bertanya dan konfirmasi kepada anak. “Mau apa?”, “Mau yang mana?”. Kalau perkataan anak belum juga dapat dipahami oleh orangtua, minta anak untuk menunjukkannya dengan isyarat. Misalnya menunjuk benda yang ia inginkan. Setelah itu, orangtua bisa mengulangi, “Oo… Adek mau boneka bebek yang ini? Ini namanya boneka bebek. Bebek. Warnanya kuning.” Mungkin anak lupa namanya atau memang belum tahu bagaimana cara menyampaikannya secara verbal.

4.Biasakan untuk mendeskripsikan kegiatan atau nama benda, bukan dengan kata yang tidak jelas seperti “digituin”, “diginiin”, atau “yang itu”. Nantinya walaupun anak mengerti apa yang dimaksud oleh orangtua, anak akan kesulitan untuk menjelaskannya kepada orang lain karena hanya bisa menggunakan isyarat. Misalnya saat kegiatan memasak, bunda bisa menjelaskan, “adonannya kita aduk ya. Mengaduk itu begini caranya, aduk, aduk” sambil diperagakan. Atau meminta anak mengambil benda dengan menyebutkan ciri-cirinya, seperti “Tolong ambilkan buku cerita yang ada gambar ikannya ya. Yang sampul/depannya warna biru.”

5.Anak banyak sekali menyerap informasi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, orang dewasa di sekitar anak juga perlu memberi contoh kata-kata yang baik. Selain itu, perlu juga memberi kesempatan bagi anak untuk banyak bertanya dan bereksplorasi. Sebenarnya proses menstimulasi perkembangan bahasa untuk anak usia 2-4 tahun akan seru sekali, karena justru sering keluar kata-kata dan ungkapan “ajaib” yang bisa membuat kita tertawa, terharu, terheran-heran, bahkan terkagum-kagum. Enjoy it! 💪😆

———————————–

❓✔️ Tanya Jawab :

1. Aqiel masih irit bicara, instruksi sederhana sudah paham, namun masih belum bisa berkomunikasi seperti yg dibahas di materi, pertanyaan2 seperti, ini apa, itu apa, jarang saya dengar, komunikasi standar ke aktifitas, mau minum, mau pipis, makan roti, tolong buka,
kira2 stimulasi apa lagi yah yg harus ditambah untuk meningkatkan rasa penasaran dan komunikasinya?
(Astrid/ Aqiel (2y11m)/ Jakarta/ RMA4)

Jawab :
Halo mba Astrid dan Aqiel. Normally, anak usia 2-4 tahun sdh bisa menggunakan kata tanya dgn tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana). Juga, dpt menggunakan 3-4 kata utk mengungkapkan kebutuhannya, misal: Ibu, aku mau makan. Anak usia ini jg sudah bisa diajak bernyanyi bersama dgn lagu sederhana.

Untuk menstimulasi Aqiel, Bunda bisa mengurangi aktivitas screen timenya (menonton TV, bermain gadget) dan banyak2lah beraktivitas/bermain dgn Aqiel. Tak apa2 Bunda yg saat ini cerewet lebih dahulu. Banyak bertanya pd Aqiel, ini apa, itu apa? Tanggapilah setiap pertanyaab dan cerita anak, jangan matikan rasa ingin tahunya.

Lalu, ajarkan anak dgn lagu2 pendek, do’a2 harian dan pinta anak mengikutinya.

Bacakanlah buku cerita/berdongeng. Lalu, setelah selesai Bunda pancing dgn pertanyaan “siapa td nama tokohnya?” “Di mana rumahnya?” Dll

Sering2 perlihatkan gambar situasi, misal gambar orang bermain bola. Lalu, pinta anak utk bercerita dr gambar tsb.

Terakhir, Bunda jg dpt memberi tambahan informasi pd perkataan anak. Misalnya, saat anak berkata, “Bunda, ada semut.” Bunda bisa menambahkan dgn “wahhh..iya ada semut. Warnanya merah. Semut ini namanya semut rangrang. Semut suka makanan yg manis-manis.” Dst

Tetap semangat ya Mba 😘

————————————————

2. Assalamualaikum..

Bagi anak 3 tahun yang akan tinggal di negara luar, bagaimana adaptasi bahasa dinegara tersebut, apakah harus diperkenalkan dari sekarang ? (*Anak akan berbaur disekolah negara tersebut). Bagaimana memperkenalkan anak antara bahasa indonesia dan bahasa lain. Terimakasih 🙂
(Fiza/ 3y4m/ Palembang/ RMA4)

Jawab :
Waalaikumsalam mb. Fiza 🙂

Untuk memperkenalkan bahasa lain selain bahasa ibu, baiknya dilakukan kerja sama oleh kedua orang tua. Dalam hal ini, pastikan bahwa Ayah hanya berbahasa English kepada anak dan ibu hanya berbahasa Indonesia kepada anak, atau sebaliknya. Sehingga tdk bercampur penggunaan bahasanya dan ini lbh memudahkan anak serta meminimalisasi bingung bahasa. Anak-anak kita InsyaAllah pintar Bun.

Contohnya, salah satu murid guru saya dapat menyesuaikan penggunaan bahasa India jika berbicara dgn orgtuanya (mereka keluarga India), lalu berbahasa English jika berbicara dengan gurunya yg “bule”, dst. Mereka dpt menyesuaikan diri dgn lingkungannya jk lingkungan juga konsisten dgn penggunaan bahasa tsb. Semoga dpt dipahami ya Mba. Untuk mulainya kapan, boleh2 saja dimulai sejak sekarang, asalkan konsisten seperti yg td saya katakan ya Bunda.

————————————————

3. Bagaimana dengan mengajarkan anak yang masi bayi selain bahasa indonesia.
Saya melihat disekitar saya, ada orang tua yang mengajak bicara anaknya yang masih bayi dengan bahasa inggris/ arab. Sedangkan bahasa sehari2nya masih menggunakan bahasa indonesia. Apakah ini baik untuk perkembangan bahasa anak, atau malah membuat anak jadi bingung bahasa.
Terimakasih atas jawabannya bunda:)
(Septy/ 2y4m/ Lampung/ RMA4)

Jawab :
Bunda Septy, ada baiknya anak-anak kita dikuatkan dahulu bahasa ibunya. Pembelajaran bahasa itu sejatinya panjang Bunda, tidak berhenti bagaimana anak bisa berkata-kata. Namun lebih dr itu, misalnya: bagaimana anak bisa menyusun kalimat, penggunaan kata sapaan yg berbeda utk org yg lebih tua/muda, bagaimana menggunakan kalimat efektif agar orang memahami keinginan kita, bagaimana menyusun kalimat ajakan/perintah tanpa terkesan menyuruh, bagaimana menuangkan gagasan, dll.

Tanpa adanya kondisi tertentu (misal anak harus tinggal di luar negeri/daerah), diharapkan bahasa ibu dulu saja yg dikenalkan pd anak.

Namun, jika memang anak harus berada di kondisi tertentu, misal orgtua harus ke luar negeri, maka Bunda dpt menggunakan bahasa A pd anak dan Ayah menggunakan bahasa B pada anak. Baiknya, penggunaan bahasa tersebut juga merupakan kalimat utuh, bukan campuran bahasa. Contoh yg tidak disarankan, “Dek..mana warna yellow?” “Di mana cat-nya?” Dst. Seharusnya semua utuh dgn bahasa Indonesia/bahasa Inggris saja, tdk di switch sebab penggunaan swith seperti ini dpt menimbulkan bingung bahasa. Tetap semangat ya Mba 😘

————————————————

4. Assalamualaikum

Pada usia berapa anak bisa jelas melafalkan R dan L? Anak saya 2thn 11bln blm bisa..
jadi ketika ada huruf R dan L pengucapannya cenderung seperti huruf N
Misal: lapar-lapan, mobil-mobin
Bagaimana cara mengajari anak agar bisa melafalkan huruf R dan L ya mba?
Terima kasih 🙂
(Ingrita/ 2y11m/ Magelang/ RMA4)

Jawab :
Wa’alaikumsalam wr wb Mba Ingrita..

Terkadang (atau malah seringkali) saat baru mulai belajar bicara (bukan babbling lagi) anak bicara dengan artikulasi atau kata yang tidak dipahami orang dewasa. Apalagi kalau usianya baru 2-2,5 tahun, di mana artikulasi kata juga belum berkembang sempurna, misalnya masih sulit mengucapkan bunyi huruf tertentu seperti r, s, g, dan k. Anak jadi terlihat cadel atau tidak jelas bicara apa.
Tapi mungkin bagi anak sendiri, kata-kata yang tidak jelas itu sebetulnya bermakna. Di usia 24m-30m (2-2,5 thn) itu, dari literatur yang saya baca dan pengalaman pribadi, perilaku seperti ini cukup banyak ditunjukkan oleh anak.

Untuk membantu anak memperbaiki artikulasi kata yang dikeluarkannya, orangtua dapat:
-tetap berusaha mendengarkan, dan berusaha menangkap kata yang diucapkan anak. Terutama kata yang sudah lebih jelas pengucapannya. Mungkin ibaratnya, kita mendengar orang bicara cepat sekali dalam bahasa asing, tapi masih ada 1 atau 2 kata yang kita tangkap
– Dari kata yang bisa ditangkap oleh orangtua, konfirmasi ke anak apa memang kata itu yang ia maksud. Misalnya, “Air? Oo..adek tadi lihat air ya?” Kalau anak bilang “iya” atau mengangguk setuju, dia bisa diminta melanjutkan ceritanya. Jadi, perkataan anak yang tadinya terkesan “tidak jelas” dan “tidak bermakna” itu justru perlu di-uraikan oleh orang dewasa. Ank juga jdi belajar untuk berbicara lebih pelan dan komunikasi jadi dua arah.
-Perhatikan juga gestur anak saat sedang berbicara. Anak usia 2-3 tahun masih akan menggunakan banyak gestur sambil berbicara, karena ia juga baru belajar untuk menggunakan cara komunikasi baru yaitu dengan kata-kata
– Perhatikan juga kemampuan bahasa reseptifnya. Mengucapkan kata-kata adalah kemampuan ekspresif. Namun anak juga memiliki kemampuan reseptif, yaitu untuk memahami bahasa yang ia dengar. Jadi coba berikan anak instruksi dengan hal yang familiar di lingkungannya, misalnya “tolong ambilkan gelas yang hijau”, dan “taruh mainan mobil2an di kotak yang di situ.” Kalau anak bisa melakukan sesuai instruksi, berarti anak menguasai kosakata dalam instruksi tersebut. Berarti kemampuan bahasa reseptifnya berkembang
– anak juga bisa diajari kata per kata dahulu. Contohkn pengucapannya dengan jelas (“mi-num”, “mo-bil”, dll), dan minta anak ulangi. Kalau anak bisa mengimitasi (meniru)nya walaupun dengan pelafalan yang belum sempurna, menurut saya di usia 2-2,5 tahun ini anak masih sangat mungkin untuk berkembang lebih baik.
(Kiki, tim ahli RMA)

* Tambahan :
Dalam mengajari huruf R diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir.
Pada usia sekitar  2-3 tahunlah anak baru mengusai pengucapan 2/3 dari seluruh konsonan. Menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang, dan diharapkan anak sudah mulai bisa mengucapkan seluruh konsonan pada usia pra-sekolah.
Tapi, sekali lagi, perkembangan tiap anak itu berbeda, kemungkinan di usia 4 tahun ada juga anak yang masih cadel mengucapkan huruf R.
Nah perbedaan kematangan ini bisa disebabkan faktor keturunan, nutrisi, dan juga asuhan.
Stimulasi perkembangan anak dengan terbiasa menggunakan kata yang benar, tidak dicadel-cadelkan. Misal bilang susu tetap susu, jangan dicadel-cadelkan menjadi cucu. Ketika memperkenalkan anak dengan nama binatang, kucing misalnya, katakan dengan kucing, jangan ucing.
Meskipun misalnya anak tetap mengucap ucing (karena memang pengucapan konsonan masih berkembang seperti yang telah dijelaskan di atas), tidak apa-apa, tapi kita tetap meresponnya dengan kucing. Misalnya “Ma, ucing”, “Oh, adek liat kucing ya… wah kucingnya lucu ya.” Dengan demikian anak akan tau dan meniru pengucapan kucing dengan benar karena Bunda-nya juga mengucapkan kucing dengan benar. Banyak-banyak paparkan anak dengan kata-kata, insya Allah mereka juga akan cepat belajar meniru pengucapan tersebut.
(Puti, tim ahli RMA)

————————————————

5. Assalamualaikum wr.wb.
alhamdulillah untuk perkembangan bahasa dan kosa kata tidak ada masalah buat Diyang. Yang ingin saya tanyakan, setiap hari bahasa sehari-hari di rumah mengunakan bahasa Indonesia meski lingkungan bahasa Sunda. Saya putuskan memakai bahasa Indonesia karena saya Sunda sedangkan ayah Diyang suku banjar, jadi biar adil karrna ayahnya belum mengerti sunda. Yang ingin saya tanyakan usia berapakah anak mulai dikenalkan dengan bahasa Ibu? Apakah dengan sendirinya anak akan tau sendiri bahasa ibu tanpa diajarkan mengingat lingkungan juga memakai bahasa Sunda. Terima kasih 🙂
Ema/ Diyang (25m)/ Karawang/ RMA 4

Jawab :
Wa’alaikumsalam Mba Ema…
Untuk belajar bahasa kedua (menjadi anak yang bilingual), setahu saya sebaiknya diajarkan saat anak sudah memiliki dasar yang cukup kuat di bahasa ibu/bahasa pertamanya. Konsistensi dalam penggunaan bahasa juga penting, misalnya kalau anak sedang mulai belajar bahasa Sunda sebagai bahasa kedua:
– kalau berbicara bahasa indonesia, satu kalimat utuh dalam bahasa indonesia. Kalau bahasa Sunda, satu kalimat utuh bahasa Sunda. Bukan mencampur2kan kata-kata beda bahasa dalam satu kalimat.
– bertanya dalam bahasa Sunda dan menjawab juga dalam bahasa Sunda, begitu juga dengan bahasa Indonesia.

Faktor penting dalam mengajarkan bahasa baru pada anak adalah contoh yang diberikan oleh orang dewasa di sekitarnya, dan adanya “sparing partner” untuk anak belajar berkomunikasi menggunakan bahasa itu dengan konsisten.

Di sekolah tempat saya mengajar dulu, sampai usia 3 tahun anak belum didorong untuk diperkenalkan bahasa baru (dalam hal ini bahasa inggris). Hal ini dikarenakan anak juga baru mulai belajar bahasa pertamanya, terutama struktur kalimat dan tata bahasa. Saat usia 3 tahun pun, setiap kata atau kalimat pendek dalam bahasa inggris akan langsung dijelaskan bahasa indonesianya. Kalau saya bertanya dalam bahasa indonesia dan anak menjawab dalam bahasa inggris, saya akan mengulangi pertanyaan sampai anak mengerti bahwa saya sedang bicara dalam bahasa yang mana. Mudah2an jawabannya membantu ya..
(Kiki, Tim Ahli RMA)

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Referensi:
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. Human Development. 11th ed. New York: McGraw-Hill
http://www.education.com/reference/article/Ref_Cognitive/

https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/preschool.aspx

http://firstyears.org/miles/chart.htm

Follow us:
instagram:  @rumahmainanak
Fanpage facebook:  rumah main anak
Web: www.rumahmainanak.com

*** *** ***

Materi Kuliah WhatsApp Grup Rumah Main Anak
Jum’at, 12 Februari 2016
Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-6 Tahun
Oleh Judhita Elfaj

🎈 Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-6 tahun🎈

🎈 Tahap ini merupakan masa yang menarik bagi Bunda dan si kecil, karena si kecil sekarang sudah memiliki lebih banyak kosa kata untuk mengungkapkan pikirannya dan keinginannya. Dengan demikian Bunda akan mengerti si kecil lebih baik lagi. Selain itu Bunda dapat tersenyum saat menangkap sekilas dari kepolosan anak-anak melihat dunia saat melontarkan pertanyaan.

🎈Karakteristik perkembang bahasa si kecil
– Berbicara tentang benda, kejadian, dan seseorang yang tak ada di sekitarnya : “Fatih punya mobil-mobilan”.
– Berbicara tentang apa yang dilakukan orang lain: “Bunda sedang memasak di dapur”
– Menambah informasi mengenai apa yang baru dikatakan: “Iya, lalu ia rebut lagi mainanku”.
– Menjawab pertanyaan sederhana dengan tepat.
– Semakin banyak mengajukan pertanyaan, terutama tentang lokasi dan identitas benda atau orang.
– Menggunakan bentuk percakapan yang semakin banyak yang membuat percakapan terus berlanjut: “Lalu apa yang ia lakukan? “Bagaimana dia bisa bersembunyi?”
– Menarik perhatian orang terhadap dirinya, benda, atau kejadian di sekitarnya: “Lihat helikopterku datang”.
– Menyuruh orang lain melakukan sesuatu terlebih dahulu: “Ayo melompat ke dalam air. Kamu dulu.”
– Bisa melakukan interaksi social yang menjadi kebiasaan: “Hai,” “Tolong”.
– Berkomentar terhadap benda dan kejadian yang sedang berlangsung: “Ada kambing tuh!”
– Kosakatanya meningkat, anak sudah mampu menggunakan 300 sampai 1000 kata.
– Mengucapkan sajak sederhana dan menyanyikan lagu. 
– Mengucapkan perkataan yang jelas hampir setiap waktu.
– Mengucapkan frasa kata benda yang dikembangkan: “Kambing besar berwarna coklat.”
– Mengucapkan kata kerja dengan kata “sedang”, menggunakan pengulangan kata untuk bentuk jamak.
– Mengungkapkan kalimat negatif dengan menyelipkan kata “bukan” atau “tidak” sebelum kata benda atau kata kerja sederhana: “Bukan bajuku.”
– Menjawab pertanyaan mengenai benda atau kejadian yang dikenal anak: “Apa yang sedang kamu lakukan?”  “Apa ini” dan “Di mana?”

🎈 Beberapa metode untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak, antara lain

1. Bercerita
Manfaat kegiatan bercerita pada anak adalah memberikan pengalaman untuk belajar dan berlatih mendengarkan, menanamkan nilai-nilai, memberi informasi, dan mengasah dimensi perasaan anak. Teknik bercerita yang dapat digunakan, misalnya :
– Membaca langsung dari buku cerita
– Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
– Menceritakan dongeng
– Bercerita dengan papan flannel
– Bercerita dengan menggunakan media boneka
– Dramatisasi suatu cerita
– Bercerita sambil memainkan jari-jari

2. Sering diajak bicara
Pada masa sekarang ini, si kecil sudah terbiasa dengan konsep perbincangan. Ia sudah paham bahwa ada saat di mana ia berbicara, kemudian orang lain berbicara, dan berganti ia lagi yang berbicara, dan seterusnya. Kemampuan ini didapatnya dari pengalamannya selama menggunakan bahasa yang sekaligus meningkatkan keterampilan berbicaranya. Beberapa manfaat dari kegiatan ini antara lain :
– Mengmbangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapat kepada siapapun.
– memberi kesempatan pada anak untuk berekspresi secara lisan
– Memperbaiki lafal dan ucapan anak
– Mengembangkan intelegensi anak
– Menambah perbendaharaan kosa kata
– Melatih daya tangkap
– Melatih daya fikir dan fantasi anak
– Menambah pengetahuan dan pengalaman anak
– Memberikan kesenangan pada anak

3. Tanya jawab
Cara ini akan merangsang anak berfikir dan meletupkan rasa ingin tahunya. Sy sendiri senang sekali melihat sulung saya (4 thn) sering kali terpacu rasa penasarannya setelah tanya jawab. Dia akan mengambil beberapa bukunya yang berkaitan dengan tanya jawab kami. Misal, kami sedang diskusi tentang ikan. Tak lama dia mengambil ensiklopedianya dan membuka halaman tentang kehidupan laut. Kemudian dia menunjukkan saya tentang ikan yang kami bicarakan. Seru ya 😉

4. Bermain peran
Kegiatan ini dapat membantu anak menemukan makna dari lingkungannya dan memecahkan masalah dari beberapa situasi.

5. Siapkan buku harian anak
Ini mah pengalaman pribadi ya bun. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa (mengungkapkan pemikiran dan perasaan) juga kemampuan menulis si kecil. Kebetulan sulung sy itu super talk active. Karena keterbatasan saya yang suka riweuh mengurus urusan domestik yang lain, saya suka meminta Hania menuliskan dulu apa yang ingin dia sampaikan. Lucu sekali membaca buku diary balita. Saya melihat ada progres yang baik di tulisannya dari hari ke hari. Isi buku diary antara lain :
“Kakak uni suka makan nasi. Wafa suka makan nasi.”
“Ah aku suka masakan kamu”
“Hari ini aku puasa penuh. 3 juli.”
“Ramadan riang. Allah semakin sayang Hania.”
“Hari ini aku sariawan. Umi kasih madu.”
“Hania sariawan. Makan pelan pelan”
Hehehe

🎈 Sangat menarik sekali ya menemani perkembangan si kecil ini. Semoga bunda senantiasa memberikan contoh yang baik dalam penggunaan bahasa, karena si kecil mudah sekali meniru kata, ekspresi, dan tingkah laku kita dalam berkomunikasi dengan lingkungan. Semoga bermanfaat ya, Bun.

Follow us :
Instagram : @rumahmainanak
Fanpage Facebook : Rumah Main Anak
Web : www.rumahmainanak.com

*** *** ***

Disclaimer :
Semua materi yang di posting sudah melalui persetujuan Founder atau PIC dari komunitas yang bersangkutan tanpa menghilangkan format asli termasuk header-footer.

www.jendelakeluarga.com

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!