Kulwap “Mengembangkan Keterampilan Pratulis”

​📚Resume Materi Kuliah WhatsApp Grup Rumah Main Anak📚

Hari/tanggal : Rabu, 31 Agustus 2016
Tema : Mengembangkan Keterampilan Pratulis
Oleh : Orissa Anggita Rinjani
Narasumber : Choirunnisa Rizkiah, M.Psi
Peresume : Lis Lestari

📝Materi

Belajar menulis bukanlah hal yang mudah. Bayangan jika kita harus menulis dengan tangan yang bukan tangan dominan kita, kurang lebih itu rasanya saat anak belajar menulis. Kita jadi lebih mudah pegal, dan wajar bila hasil goresan kita pun agak berantakan. Semua butuh proses, dan tahap awalnya adalah mengembangkan keterampilan pratulis.

💙Apa Saja Keterampilan Pratulis Itu?
Ada banyak keterampilan pratulis (prewriting/ writing readiness skills) yang menjadi dasar dan perlu dikembangkan agar anak lebih siap menulis:

1. Kekuatan tangan dan jari.
Menulis itu melelahkan dan bisa membuat anak kurang bertahan kalau tidak didukung otot-otot tangan dan jari yang kuat. Kemampuan genggam alat tulis (pencil grasp). Posisi memegang alat tulis yang benar (tripod grip) akan membuat anak lebih nyaman dan bertahan lama untuk menulis. Akan tetapi, anak tidak akan langsung dapat melakukan tripod grip. Biasanya tahapannya akan seperti pada gambar. (Terlampir yaa Buibu). Tahapan ini bergantung dari seberapa stabil otot-otot bahu dan lengan. Tripod grip membutuhkan otot bahu dan lengan yang stabil sehingga kita dapat leluasa menggerakkan ujung-ujung jari tanpa seluruh badan ikut bergerak.

2. Koordinasi visual motorik.
Ini adalah kemampuan ketika mata dan tangan bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas seperti menangkap bola, menyentuh bubbleyang melayang-layang, atau memasukkan koin ke celengan. Anak butuh keterampilan ini agar bisa menulis dengan rapi.

3. Koordinasi bilateral
Ini adalah kemampuan untuk memakai kedua tangan secara bersama-sama, dimana tangan yang satu jadi pemimpin dan tangan yang lain menjadi pendukung. Misal, waktu kita buka toples (satu tangan menahan badan toples, satu membuka tutup), meraut pensil (satu memutar pensil, satu menahan rautan), atau menggunting kertas (satu tangan menggunting, satu memegang kertas). Waktu menulis, tangan yang satu jadi pemimpin untuk membuat goresan, sedangkan tangan yang lain jadi pendukung untuk menahan kertas agar tidak pindah-pindah posisi. Kekuatan tubuh bagian atas dan kontrol postur. Kalau kita menulis dalam jangka waktu yang lama, lama-lama leher, punggung, dan bahu akan terasa pegal bukan? Bila sudah merasa pegal, tentu kita jadi malas menulis. Sama dengan anak. Kalau anak belum punya kekuatan tubuh dan kontrol postur yang baik, bisa buat anak malas menulis karena baginya menulis itu melelahkan.

4. Manipulasi obyek
Maksudnya anak bisa memain-mainkan obyek dengan tangannya, bisa diputar, dibalik, dipindah, digoyang, digeser, atau lainnya. Anak yang biasa memanipulasi obyek akan lebih mudah belajar menulis.

5. Persepsi visual
Kemampuan untuk memahami apa yang dilihat, mengenali persamaan dan perbedaan. Anak yang persepsi visualnya belum begitu berkembang akan sulit membedakan huruf-huruf yang mirip seperti b dan d atau p dan q.

6. Menyeberangi garis tengah
Garis tengah ini imajiner, bayangkan tubuh kita terbagi dua bagian kiri dan kanan, lalu ada garis di tengah-tengahnya. Untuk dapat menulis secara efektif, anak harus merasa nyaman untuk menyeberangi garis tengah karena menulis berproses dari ujung kiri ke kanan (atau sebaliknya juga bisa, seperti tulisan Arab).

7. Pemahaman arah
Waktu mengajari anak menulis, umumnya kita akan menggunakan kosa kata yang terkait arah seperti kanan, kiri, atas, dan bawah. Oleh karenanya, pemahaman terhadap arah perlu ada terlebih dahulu.

8. Kemauan untuk menulis
Ini sangat penting untuk dipupuk. Biasanya anak akan lebih tertarik seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap warna, bentuk, huruf, dan gambar di lingkungan kesehariannya.

💙Mengapa keterampilan pratulis ini penting?
Karena kalau dasarnya belum begitu kuat berkembang dan anak langsung dituntut untuk menulis, anak justru dapat merasa frustrasi dan menolak. Akibatnya apa? Self-esteem anak jadi menurun dan tidak jarang berujung pada performa akademis yang kurang baik nantinya. Namun yang namanya proses belajar, kadang mulus kadang tidak. Beberapa anak mungkin sangat suka aktivitas menulis, menggambar, atau mewarnai, sementara anak lain tidak. Kalau kasusnya begitu, coba buat kegiatan yang menyenangkan dan bervariasi, dengan waktunya dibuat lebih singkat. Puji usahanya dan sabar.

💙Bagaimana Perkembangan Keterampilan Pratulis yang Normal?

Seperti perkembangan lainnya, normal atau tidaknya itu tergantung usianya.

❤8-12 bulan
-Meremas-remas kertas
-Memegang alat tulis dan ketuk-ketuk ke kertas
❤1-2 tahun
Membuat coret-coretan (scribbling) secara spontan dengan arah vertikal, horizontal, atau lingkaran
❤2-3 tahun
Membuat garis vertikal, horizontal, dan lingkaran dengan melihat contoh cara buatnya
❤3-4 tahun
-Membuat garis vertikal, horizontal, dan lingkaran tanpa perlu lihat cara buatnya, cukup dengan melihat gambar jadinya (copying)
-Membuat tanda tambah, diagonal kanan/kiri, dan persegi dengan melihat contoh cara buatnya (imitating)
❤4-5 tahun
-Membuat tanda tambah, diagonal kanan/kiri, dan persegi tanpa melihat contoh cara buatnya (copying)
-Menelusuri garis (tracing)
-Membuat tanda silang dan segitiga dengan melihat contoh cara buatnya (imitating)
-Menggenggam pensil degan tripod grip
❤5-6 tahun
-Membuat tanda silang dan segitiga tanpa melihat contoh cara buat (imitating)
-Punya rentang atensi yang memadai dalam jangka waktu yang lumayan lama

💙Stimulasi apa yang Anak perlukan agar lebih siap menulis?

A. Permainan sensori
Anak butuh bereksperimen dengan berbagai tekstur dan merasakan macam-macam sensasi dengan tangannya. Beri anak kebebasan bermain dengan beras, kacang-kacangan, tepung, playdough, water beads, jagung, cat, pasir, atau lainnya. Biarkan anak meremas, memilin, menjumput, menabur, atau eksplorasi material dengan caranya sendiri. Biasanya memang akan berantakan, tapi ini dapat membantu anak untuk melatih kekuatan tangan dan jemari serta kemampuan manipulasi obyek.

B. Aktivitas motorik halus
Berbagai aktivitas motorik halus dapat melatih berbagai keterampilan pratulis seperti koordinasi mata tangan, persepsi visual, koordinasi bilateral, kekuatan otot tangan dan jari, serta manipulasi obyek. Kegiatan sesederhana merobek-robek kertas ternyata punya manfaat lho. Kalau kita merobek kertas, secara tidak sadar kita akan pakai jempol-telunjuk-jari tengah yang posisinya serupa dengan tripod grip. Coba deh ^^ Supaya menarik, pakailah kertas warna-warni dan setelah itu buat jadi kolase. Aktivitas lainnya:
-Menghias gambar dengan kertas krep. Remas-remas kertas krep jadi gulungan-gulungan kecil lalu tempel. Dorong anak untuk mengambil kertas pakai jempol, jari telunjuk, dan jari tengahnya.
-Memasang dan melepas kancing.
-Membuka dan menutup resleting.
-Masukkan water beads ke dalam botol.
-Masukkan koin ke celengan.
-Menjepit dengan jepit jemuran.
-Memindahkan pom-pom dengan pinset atau pencapit.
-Main puzzle dan lego.
-Main tempel-tempel stiker.
-Meronce manik-manik (threading).
-Menyulam dengan tali sepatu/benang wol (lacing)
-Menghias cupcake dengan frosting yang diletakkan di dalam wadah plastik berbentuk kerucut.
-Main semprot-semprotan dengan penyiram tanaman/ pistol air.
-Meremas-remas spons.
-Permainan jari tangan seperti itsy bitsy spider.
-Menggunting, secara asal maupun mengikuti pola.

C. Aktivitas motorik kasar
Walau sepertinya tidak berhubungan dengan menulis, aktivitas motorik kasar juga diperlukan untuk melatih kekuatan tubuh bagian atas dan kontrol postur, serta koordinasi mata tangan dan bilateral. Contoh kegiatannnya:
-Lempar tangkap bola
-Jalan dengan posisi wheelbarrow
-Main gelantungan di monkey bar
-Memindahkan benda dari keranjang satu ke keranjang lainnya. Keranjang pertama diletakkan di sebelah kanan badan, satu lagi di kiri.
-Senam dengan gerakan silang, seperti tangan kanan sentuh jempol kaki kiri dan siku kiri sentuh lutut kanan, maupun arah sebaliknya.

D. Aktivitas dengan kertas dan alat tulis
1. Menggambar
Untuk awal, sebaiknya pakai alat tulis berukuran besar. Untuk mendorong tripod grip, bisa pakai alat tulis khusus yang batangnya berbentuk segitiga. Kadang, anak yang pertama kali belajar memakai alat tulis juga perlu diberi tahu bagaimana tekanan yang pas ke kertas, supaya tidak terlalu menekan dan mematahkan ujung pensil, atau terlalu ringan sehingga tidak terlalu terlihat.

2. Mewarnai
Mulai dari gambar sederhana dan besar-besar, pelan-pelan baru naik tingkat ke gambar yang banyak detailnya. Tidak perlu terlalu dikomentari bila anak belum mampu mewarnai dalam garis.

3. Meniru bentuk, dengan dan tanpa contoh
Perlihatkan ke anak cara membuat garis horizontal dan bentuk pratulis lainnya, lalu dorong anak untuk coba membuatnya. Kalau anak tertarik untuk menulis namanya, berilah contoh cara membuat hurufnya satu per satu lalu minta ia menirunya.

4. Tracing
Anak bisa diajak tracing untuk buat cap tangan dengan pensil, atau buat cap dari benda-benda lain seperti tutup botol, piring, dll. Bisa juga ajak anak menelusuri gambar-gambar bentuk dengan tangan maupun alat tulis. Pilih gambar yang anak suka, misalnya hewan-hewan atau pesawat, supaya lebih semangat.

Sebaiknya, di rumah ada area khusus untuk anak melakukan aktivitas menulis dan menggambar, dengan memakai kursi dan meja (bukan di lantai). Untuk variasi, sesekali ajak anak untuk membuat gambar atau menulis di permukaan vertikal seperti papan tulis atau dinding (bisa dilapisi terlebih dulu dengan kertas lebar bila tidak ingin kotor). Ini penting juga untuk melatih kekuatan bahu dan lengan.

Terakhir, keterampilan menulis juga terkait dengan kemampuan ekspresi diri, bentuk komunikasi tertulis untuk menyampaikan ide yang kita punya.

Jadi….sebagai orang tua juga kita perlu memberi banyak kesempatan buat anak untuk berpendapat dan membuat pilihan. Dorong kemampuan anak bercerita dengan sering mengajaknya mengobrol. Bonding antara orang tua dan anak pun jadi semakin kuat ^.^

Link & Resources:

Christianson, Cassy. Developing Your Child’s Pre-writing Skills. http://www.abilitypath.org/areas-of-development/physical-development/motor-skills/articles/motor-toolkit-writing-skills.html

Pre-Writing Skills: Essential for Early Learners. http://www.lizs-early-learning-spot.com/pre-writing-skills-essential-for-early-learners/ 

Prewriting Activity Ideas. 2005. Melbourne: Department of Occupational Therapy, Royal Children’s Hospital. http://www.rch.org.au/ot/information_sheets/Kids_health_information/

Pre-writing skills. http://therapystreetforkids.com/PreWritingSkills.html

Writing readiness (prewriting) skills. http://www.childdevelopment.com.au/

Stages of normal pre-writing skill development. http://yourcharlotteschools.net/documents/students/Handwriting/Stages.pdf

http://missmernagh.com/2014/08/21/starting-school-series-developing-a-good-pencil-grip/

Sumber: rumahdandelion.com/mengembangkan-keterampilan-pratulis/

*artikel serupa pernah dimuat di catatankakiori.blogspot.com milik Orissa Anggita Rinjani, tim psikolog Rumah Dandelion

❓✅Tanya Jawab

1⃣ Assalamualaikum wr wb, senang sekali jumpa lagi dalam tanya jawab bersama Miss Kiki 😍
Miss Kiki, kalau anak usia 4 th hasil gambar dengan tangannya sudah bagus apakah itu signifikan dengan perkembangan menulisnya, kalau iya bagaimana penjelasan signifikansinya? 2 anak teman sy, masing2 usia 4th sudah bisa menggambar ikan paus, dinosaurus, sosok orang dengan bentuk kaki wajah tangan badan yg mirip manusia, dll.

Aisyah, RMA1, Smg, 3,5th

Jawab :

Wa’alaikumussalam mba aisy 🙂
Tolong koreksi kalau saya salah tangkap ya bun. Apa maksud pertanyaannya ini benar “apakah kalau anak bisa menggambar dengan cukup bagus berarti nanti tulisannya bagus juga?”
Menulis itu pada dasarnya memproduksi gambar bentuk-bentuk simbolis yang ada maknanya. Karena tahu maknanya apa, bentuknya juga benar. Misalnya, huruf-huruf hijaiyah dalam bahasa arab kan ada artinya dan lafalnya masing-masing. Kalau Kita tidak bisa membacanya, yang Kita lihat cuma garis-garis seperti cacing. Nah, sekarang saya pakai huruf Latin. Yang bisa baca ini berarti mengerti simbol-simbol huruf Latin dan merangkainya jadi kata.
Saya sejauh ini belum pernah baca hasil penelitian yang menyebutkan kalau pintar menggambar pasti tulisannya bagus atau pasti cepat belajar menulis.
Tapi kemampuan meniru gambar bentuk sederhana seperti garis lurus, lingkaran, garis diagonal, garis lengkung, itu jadi fondasi untuk bisa menulis huruf.
Makanya dalam mengajarkan cara menulis huruf pun lebih baik hurufnya “dipecah” jadi bentuk2 sederhana itu. Misalnya, huruf a kecil itu dibuat dengan bentuk bulat, lalu diberi garis lurus di sampingnya.
Apakah anak yang gambarnya bagus nanti cepat bisa waktu belajar menulis? Bisa iya….bisa tidak. Ingat dalam proses belajar ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Di antaranya cara orang dewasa mengajarkan dan seberapa baik data tangkap anak.
Misalnya gambar paus, dinosaurs, dan orang, mungkin itu gambar-gambar yang anak sukai dan sering lihat? (Tebakan saya anaknya laki-laki). Tapi huruf dan angka adalah bentuk yang baru, dan perlu di”gambar” dengan aturan tertentu supaya orang lain bisa baca. Misalnya, d kalau salah tulis bisa jadi b, E kalau kurang garis jadi F.
Jadi saya sendiri prefer anak dilihat kemampuannya membuat bentuk-bentuk sederhana dulu. Bisa gambar paus, dino, dan orang itu bagus sekali, tapi bentuknya kan lebih kompleks. Sisi positifnya, anak yang sudah biasa menggunakan alat tulis dan sudah cukup luwes membuat gambar, bisa jadi lebih mudah dalam membuat bentuk huruf dan angka sesuai yang diharapkan.
Mudah-mudahan jawabannya cukup jelas ya mbak aisy ✅

2⃣Assalamu’alaikum..
Mbak..anak saya umur 1y 5m msh blm mngerti arah kanan kiri atau diagonal kalo dsuruh mnulis jdi msh sembarangan dan trkadang alat tulis nya msh dmakan. Bagaimana mengatasi hal ini dan umur brp kira2 anak paham sebelah kanan atau kiri?

Aghesti, Makassar, 1y5m, RMA4

Jawab :

Wa’alaikumussalam bunda aghesti 🙂
Sebelum umur 2 tahun, anak pegang alat tulisnya freestyle (sesuka anak) tidak apa-apa, bunda 😁 pegang krayonnya juga masih digenggam kan, belum tripod grip. Bisa dilihat juga di perkembangan motorik halus anak usia 1-2 tahun, garis yang dibuat bentuknya lurus vertikal, horizontal dan lingkaran yang ujungnya nanti jadi seperti rambut kusut. Garis diagonal biasanya dipelajari anak waktu dia mulai bisa membuat bentuk segitiga, di umur 3-5 tahun.
Kalau anak masih suka memasukkan alat tulis ke mulut, berarti saat memegang alat tulis kadang tangannya perlu dipegangi. Dan bunda juga perlu awasi anak di dekatnya saat memakai alat tulis, supaya saat tangannya bergerak ke mulut bisa dihentikan duluan sebelum alat tulis masuk ke mulut dan menjelaskan “tidak dimakan. Ini bukan makanan”. Lalu ajak lagi mencoret-coret dengan memegangi tangannya. Ini salah satu cara supaya anak belajar bahwa alat tulis tidak untuk dimakan.
Untuk anak yang masih sangat kecil (di bawah 2 tahun), melatih keterampilan pratulis tidak harus selalu dengan alat tulis ya Bun. Anak bisa diajak menulis-nulis di pasir atau tepung dengan jari atau ranting. Dengan begitu otot bahu dan lengannya juga akan terlatih untuk bergerak. Kegiatan merobek dan meremas kertas, memeras spons basah, dan finger painting juga bisa melatih kekuatan otot lengan dan jari-jari.
Anak bisa mengerti konsep baru seperti kanan dan kiri juga tergantung usianya, karena pemahaman kosakata baru juga berkembang seiring dengan perkembangan kognitif dan bahasa anak. Kalau di rumah dibiasakan pakai tangan kanan, bunda bisa mulai kenalkan ini tangan kanan, pakai tangan kanan, sambil pegang tangan kanan anak. Tapi belajarnya pelan-pelan saja ya, sekarang ananda juga masih 1 th 5 bulan. Semoga jawabannya membantu 🙂

Tambahan: murid-murid saya mulai diajari mengenal kiri dan kanan sejak usia 3 tahun. Caranya kami ajak menirukan gerakan angkat tangan kanan dan kiri, melangkah dengan kaki kanan dan kiri, melambai dengan tangan kanan dan kiri, dsb. Sebenarnya sejak anak mulai bisa bicara dengan cukup jelas walaupun masih cadel (sekitar usia 2,5 tahun) anak sudah bisa diajak mengenal kanan dan kiri, tapi lebih mudah kalau umurnya sudah 3 tahun ke atas ✅

3⃣ assalamualaikum, saya mau menanyakan statemen yang banyak beredar, sebaiknya jangan mengajarkan calistung di usia TK. Berarti termasuk menulis juga belum boleh diajarkan kpd balita. Apa benar seperti itu?  padahal sekarang ini, syarat masuk SD harus bisa baca tulis.

Addini/Bekasi/ 18m/RMA4

Jawab:

Wa’alaikumussalam bunda addini 🙂
Sepengetahuan saya, yang jangan itu adalah memaksakan anak belajar calistung dengan diforsir sehingga dampaknya anak jadi tidak menikmati proses belajar itu, bahkan membencinya. Contohnya, menyuruh anak menulis berlembar-lembar atau menyuruhnya menghapal penjumlahan 1 sampai 10 tanpa alat bantu apa-apa untuk belajar konsep berhitung, padahal umurnya baru 4-5 tahun. Anak usia dini kan perlu stimulasi dengan benda konkrit, bukan dengan menghapal angka-angka yang abstrak.
Bagaimana kalau misalnya anak suka diajari berhitung? Apa perlu dilarang karena masih TK? Tentu tidak kan 🙂 Sejak kecil anak bisa diajak belajar mengenal angka yang urut dengan berhitung jumlah benda-benda di sekitarnya. Mengenal huruf juga tidak harus dimulai dengan huruf A. Anak lebih tertarik kalau bisa mengenali huruf-huruf di dalam namanya sendiri. Jadi murid saya ada yang ingatnya huruf M duluan, ada yang huruf P duluan, beda-beda. Menulisnya juga tidak perlu dengan mengulangi huruf A misalnya, berlembar-lembar. Itulah yang masuk kategori “jangan” yang bunda sebutkan tadi. Bisa juga kan ajak anak menulis beberapa kali saja sampai ia mengerti bagaimana cara menulis huruf itu, alu ditempelkan di benda yang awalannya sesuai dengan huruf tersebut. Saya yakin di RMA ada banyak kegiatan bermain yang bisa menstimulasi kemampuan mengenal huruf dan angka, serta melatih keterampilan pratulis yang tetap menyenangkan bagi anak 🙂
Bingung juga ya bun, sekarang masuk SD sudah harus bisa baca tulis. Padahal waktu saya masuk SD tahun 90an dulu, guru kelas 1 pasti mengajari baca tulis walaupun ada anak-anak yang sudah belajar di TK. Tapi sebenarnya tidak semua SD mensyaratkan bisa calistung untuk bisa masuk SD. Kalau ada bunda yang akhirnya memilih untuk menyekolahkan anak di SD yang syarat masuknya masih mencakup “harus bisa calistung”, jalan tengahnya, menurut saya, adalah tetap berpegang kepada kegiatan belajar yang menyenangkan itu untuk. Jadi hasil yang diharapkan yaitu bisa baca tulis tercapai, tapi anak juga tetap merasa kegiatannya menyenangkan. Alat bantu seperti flashcard huruf dan angka dan poster juga bisa membantu anak untuk mengingat. Mudah-mudahan jawabannya bermanfaat ya :)✅

4⃣ Asalamualaykum Miss Kiki.
Azka kalo menulis suatu bentuk, misal huruf hijaiyyah, Angka n abjad, nulisnya dari bawah ke atas, normal kah miss Kiki? Apakah itu termasuk tahapan awal anak belajar pratulis?
Terima kasih

(Dya, Mojokerto, Azka 4y, RMA 2)

Jawab :
Wa’alaikumussalam bunda Dya 🙂
Mudah-mudahan saya ga salah tangkap maksud pertanyaannya ya bun. Maksudnya, misalnya huruf alif atau angka 1, tarikan garisnya dari bawah ke atas dan bukan dari atas ke bawah? Itu biasanya terjadi kalau anak meniru bentuk yang sudah jadi, tapi tidak tahu langkah-langkah membuatnya. Misalnya anak lihat angka 1 yang sudah jadi, bagaimanapun caranya yang penting bisa buat bentuk yang sama seperti angka 1. Atau misalnya angka 8 dibuat dengan 2 bentuk bulat digabungkan, dan huruf ta yang dibuat titiknya dulu baru perahunya. Sebenarnya tidak tepat kalau disebut “tahapan” belajar menulis karena cara anak menulis seperti itu lebih merupakan proses berpikir kreatifnya 🙂 Jadi, saat mengenalkan bentuk huruf dan angka, sebaiknya tunjukkan juga bagaimana membuat bentuk tersebut. Gunakan cara yang sederhana, misalnya huruf a kecil itu bikinnya: satu, bulat dulu, dua, diberi garis di samping. Huruf f itu: satu, seperti tongkat, dua, diberi garis. Angka 3 itu: lengkung, lengkung lagi. Kira-kira seperti itu ya bun, semoga membantu..✅
5⃣ Miss Kiki yg baik, terkadang anak2 kan suka terbalik-balik saat menulis, misal b jadi d, p jadi q, dll. Sampai usia berapakah batas toleransinya, Miss? Bagaimana kita mengetahui hal tersebut merupakan diseleksia/bukan? Jika diseleksia, bagaimanaka h penanganan yg tepat. Terima kasih Miss Kiki..
(Lia, Tangerang, Ken 3y, RMA 2)

Jawab :

Bunda Lia yang baik, disleksia cenderung sulit untuk didiagnosa saat anak belum memasuki usia sekolah (6-7 tahun, saat mulai SD). Sebelum usia itu, anak memang masih dalam proses mengenal dan mengingat bentuk dan lafal huruf. Perlu diingat, menurut tahapan perkembangannya, anak di bawah usia SD tidak wajib bisa membaca dan menulis 🙂 Kalau anak umur 3-4 tahun terbalik menulis huruf b dan d serta p dan q, itu wajar karena mereka baru bisa mengenal huruf, belum merangkainya jadi kata. Disleksia terlihat jelas ketika anak seharusnya sudah mampu merangkai huruf-huruf jadi kata, atau dengan kata lain bisa membaca, tetapi ia tidak bisa. Disleksia sendiri adalah gangguan dalam membaca, yang berdampak juga ke kemampuan menulis, karena untuk bisa menulis tentunya harus bisa membaca juga apa yang ditulis. Anak yang bisa membaca pasti mengenali kalau kata “palu” jadi terbaca “qalu” karena ada huruf yang berbeda. Beda dengan anak dengan disleksia yang melihat huruf dan angka sebagai bentuk-bentuk yang tidak bermakna. Oiya, anak dengan disleksia bisa menulis, tapi ia tidak bisa baca apa yang ia tulis. Ada bagian di otaknya yang menghambat kemampuan untuk mencocokkan lafal dan bentuk huruf, oleh karena itu sulit mengenali huruf dan rangkaian huruf jadi kata. Kalau anak diajarkan lagi lebih intensif tentang huruf-huruf yang mirip seperti b dan d lalu anak bisa mengenalinya dengan tepat, maka sepertinya tidak ada masalah dengan kemampuan mengenali huruf. Sebenarnya kalau anak sudah bisa mengenali beberapa huruf dengan tepat dan mengenali kata sederhana yang familiar baginya seperti nama sendiri, tulisan “mama” atau “bunda”, angka, dsb, kemungkinan besar tidak ada masalah disleksia.
Kalau bunda mau dapat ilustrasi tentang disleksia, saya rekomendasikan film berjudul Taare Zamen Paar (Stars on Earth). Film ini tentang anak laki-laki usia SD yang mengalami disleksia. Kita jadi bisa lihat pengalaman disleksia dari sudut pandang anak. Mudah-mudahan jawabannya membantu ya :)✅

6⃣ Assalamualaikum, terimakasih ilmuny :), mau bertanya, kenapa aktifitas menulis anak sebaiknya di atas meja dan kursi, seperti yg anda paparkan di materi?
Jika hanya menggunakan meja dan lesehan apakah ada bedanya?
Terimakasih

Tiwi-jaksel-20bulan-rma3

Jawab :
Wa’alaikumussalam bunda tiwi 🙂
He he, hari ini saya bantu jawab saja ya. Materinya dari tulisan Bu Orissa dari Rumah Dandelion.
Kegiatan mencoret-coret dan menulis di meja itu bertujuan untuk melatih anak fokus dengan satu tugas sampai selesai. Jadi anak tahu, oh kalau di meja berarti akan pakai alat tulis dan kertas. Misalnya mewarnai, tidak pindah dari satu lembar ke lembar lain. Meja berfungsi untuk menjaga anak tetap di tempatnya sampai kegiatan selesai. Nanti juga kalau anak sudah harus makan sendiri atau masuk TK, kegiatan dilakukan dengan kursi dan meja. Jadi anak dibiasakan untuk duduk di kursi dan menggunakan meja. Jadi anak belajar bahwa tugas ini diselesaikan dulu, baru dia bisa berdiri dari mejanya.
Selain itu, postur tubuh anak saat menulis di meja atau papan tulis lebih baik dari pada kalau lesehan di lantai. Kalau diperhatikan, saat anak menggambar atau menulis di lantai, jarak antara bahu dan alas tulis (lantai) lebih jauh daripada kalau anak duduk di meja. Jadi anak lebih cenderung membungkuk atau malah tengkurap saat menulis. Menulis membutuhkan kekuatan otot lengan, bahu, jari-jari. Posisi yang kurang baik bisa membuat punggung sakit dan tangan cepat lelah. Mudah-mudahan jawabannya cukup jelas ya 🙂
Tambahan: meja bisa jadi area khusus coretan untuk anak. Jadi coretannya tidak tiba-tiba melebar ke lantai atau karpet 😁
Kalau anaknya masih sangat kecil, tidak perlu dipaksakan dengan meja. Pakailah area dinding yang sudah dilapisi plastik atau kertas koran, atau papan tulis yang diposisikan vertikal. Jadi anak bisa mencoret-coret sambil duduk atau bediri tanpa harus membungkuk ✅

7⃣Assalamu’alaikum
Dari poin2 keterampilan ada poin menyebrangi garis tengah,itu maksudnya seperti apa ya mba?kalau kegiatan yg sederhana untuk mengenalkan poin itu misalnya apa?
Mohon pencerahannya 🙏

Siro_bandung_qaisaro_4th_rma3

Jawab :
Wa’alaikumussalam bunda siro 🙂
Menyeberangi garis tengah itu maksudnya menarik garis-garis yang menyeberangi garis tengah tubuh. Misalnya, menggunakan kertas yang lebarnya kira-kira antara ujung bahu kiri dan bahu kanan anak anak. Anak diajak menarik garis dari ujung kiri kertas ke ujung kanan kertas dan sebaliknya. Jadi tangan anak “menyeberang” dari sisi kiri ke sisi kanan tubhh dan sebaliknya. Kalau bunda lihat gambar yang memenuhi kertas secara utuh, seperti gambar rumah yang besar, atau pemandangan yang memenuhi kertas, itu artinya anak sudah menggambar dengan menyeberangi garis tengah tubuhnya
Jadi garis yang dibuat sudah lebih panjang ya Bun. Kalau kita bandingkan dengan anak umur 2 tahunan, coba dilihat-lihat, biasanya mereka masih menggambar di satu bagian kertas saja dan ukurannya cenderung kecil. Jadi garis yang dibuatnya tidak “menyeberang” garis tengah tubuh ✅

❤💙❤💙❤💙❤💙❤💙
IG: @rumahmainanak
FP FB: Rumah Main Anak
Web: rumahmainanak.com

Disclaimer :
Semua materi yang diposting sudah melalui persetujuan Founder atau PIC dari komunitas yang bersangkutan tanpa menghilangkan format asli termasuk header-footer.

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!