Suka Duka si Anak Tengah
jendelakeluarga.com – Ada yang sudah nonton film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)? Oke saya bakal bahas tipis-tipis disini. Ceritanya menarik karena relate banget dengan kehidupan keluarga pada umumnya.
Disclaimer : Saya tidak akan menilai apalagi mengkritik sebagian atau keseluruhan dari film ini karena kapasitas saya pribadi hanya sebatas sebagai penonton biasa, bukan pengamat perfilman Indonesia.
Oke yang akan saya bahas adalah tokoh Aurora si anak tengah dari 3 bersaudara, bukan Angkasa si anak sulung ataupun Awan si anak bungsu yang menjadi tokoh sentral dari film ini.
Alasan kenapa pengen bahas anak tengah ya karena kita sama-sama anak tengah, yang kok rasanya mirip-mirip ya karakter dan nasibnya sama saya hahaha..
Start from here..
Setuju ga sih jadi anak tengah itu, merasa..
- Si kakak lebih diperhatikan karena mereka harus jadi panutan untuk adik-adiknya?
- Si adik juga lebih diperhatikan karena mereka sebagai pendatang baru alias anak terakhir yang kudu dijagain?
Trus nasib anak tengah gimana?
Jadi anak tengah itu ya gitu, dipaksa dewasa karena punya adik dan terpaksa sabar karena minimnya perhatian. Betul?
Sama halnya dengan Aurora yang punya potensi banyak tapi minim apresiasi. Karena apa? karena orangtuanya lebih fokus kepada adiknya 🙁
Sepanjang hidupnya, Aurora ‘dipaksa’ untuk banyak sabar, mengalah dan menerima. Sedih kan ya.
Biasanya nih sepengamatan saya, kalau anak tengah ini berada di jalan yang benar, mereka bakal fokus dengan potensinya. Tapi sebaliknya, jika yang mengalaminya kurang kuat iman lahir batinnya, dijamin bakal terjerumus dengan hal-hal negatif di luar sana.
Karena apa? karena ya merasa kurang diperhatikan, berasa ada dan tiada kalau di dalam rumah.
Makanya si Aurora ini sampai punya cita-cita sekolah ke luar negeri buat jadi alasan tiket keluar rumah. Iya sampai segitunya memang.
Sama halnya dengan saya dulu yang allahuma paksakeun bisa ngampus di UI Depok biar ada alasan ngekost dan bebas dari orang-orang rumah 😛
Oke, main point yang bisa diambil pelajaran dari film ini adalah..
Berapapun jumlah anakmu kelak, kita sebagai orang tua wajib berlaku ADIL kepada semua anak. No matter what. Ya memang gitu challenge nya menjadi orang tua. Kalau merasa ga sanggup bisa amanah sejauh itu, simply berdoa aja supaya ga dikasih banyak anak sama Sang Pencipta. Daripada secara ga sadar menyakiti hati anak sendiri.
Trus sebagai orang tua jangan banyak men-direct atau mengatur ini itu hidupnya si anak. Di dalam Pendidikan Anak Usia Dini aja anak-anak diajarkan untuk bisa mandiri. Masa iya di usia yang seharusnya mereka bisa lakukan secara mandiri masih aja di setir langkahnya.
Iya kayak karakter Awan si bungsu yang selalu diperlakukan seperti bocah ingusan padahal sudah beranjak dewasa. Ini nih yang menjadi sumber masalah sesungguhnya dalam keluarga.
“Karena sehebat apapun kapasitas orang tua, dijamin ada batasnya. Ingat, kacamata orang tua tidak selalu benar.” – @mirantizr
Oh ya, kenapa pelajaran yang diambil saya melihatnya dari sudut pandang sebagai orang tua?
Pertama, karena posisi saya sudah menjadi orang tua yang dulunya di posisi anak tengah. Kedua, karena kita tidak bisa mengulang masa lalu yang cuma hanya bisa memperbaiki di masa kini dan mendatang. Terakhir, karena saya sulit mengatur orang tua, benar-benar di luar kendali.
So, yang bisa kita atur adalah masa depan kita sendiri, mau seperti apa kita sebagai orang tua dan berharap menjadi apa anak-anak kita nanti. Setuju?
Selamat menikmati perannya masing-masing, semoga kita semua bisa menjalankannya dengan penuh suka cita.
***
In my opinion, the be the middle brother is quite hard. You always must look after your younger brother and try to be as good as your older brother.
yes it is.