Maria Montessori: Pendidikan Anak Usia Dini Kunci Perbaikan Masyarakat
Pendidikan Anak Usia Dini Kunci Perbaikan Masyarakat
jendelakeluarga.com – Apa yang dimaksud oleh Maria Montessori dengan pendidikan anak usia dini merupakan kunci dari perbaikan masyarakat?
Fenomena yang terjadi di masyarakat pada anak-anak usia dini kini sangatlah memprihatinkan. Banyak kita temukan di jalan-jalan besar ibukota mereka asik berkeliaran tak tentu arah, bermain tidak pada tempatnya, bahkan ada yang sampai bekerja mencari nafkah, misalnya dengan mengamen dan mengemis. Miris. Padahal di usia tersebut (0-6 tahun) seorang anak memiliki potensi kekuatan yang luar biasa hebatnya bukan hanya sekedar bekerja. Jauh pengandaian kita, jika saja orang dewasa khususnya para orangtua mau melakukan tugas mulia sesuai kodratnya, dimana secara konsisten mau melakukan observasi, memberikan stimulasi serta mengevaluasi pola perkembangan masing-masing anak yang dimilikinya, maka bukan tidak mungkin nantinya akan menghasilkan manusia yang bermanfaat bagi masyarakat. Jika sudah demikian besar harapan perbaikan masyarakat akan terwujud.
“The most important period of life is not the age of university studies, but the first one, the period from birth to the age of six” – Maria Montessori
Persis seperti apa yang Maria Montessori dulu katakan, bahwa dengan pendidikan anak usia dini merupakan kunci dari perbaikan masyarakat.
“Early childhood education is the key to the betterment of society” – Maria Montessori
Mari kita bahas bagaimana hal ini bisa terjadi..
Dalam diri seorang anak tersimpan sebuah dorongan misterius dimana masing-masing anak terdapat kemampuan untuk selalu bertumbuh, berbicara dan memperlengkapi dirinya sendiri. Untuk dapat mengkonstruksi dirinya sendiri tersebut anak-anak harus memiliki pola jiwa yang sudah dibawanya sejak lahir yang tidak terlihat ketika lahir atau disebut juga spiritual embryo. Kemudian agar jiwa mereka dapat terus berkembang maka diperlukan 2 kondisi yang mendukung yaitu melalui lingkungan dan kebebasan.
“A newborn baby is a pitiable sight. It is helpless and will remain so for long time. It cannot speak; it cannot hold itself erect, it is in constant need of attention” – Maria Montessori
Pada dasarnya seorang anak manusia memiliki kemampuan yang dapat menolong mereka untuk berkembang melalui the sensitive periods dan the absorbent mind. Apa itu the sensitive periods? Adalah dimana seorang anak menyukai sesuatu tidak dalam waktu lama. Jika ketertarikan tersebut muncul namun tidak dimanfaatkan dengan sangat baik maka sulit untuk mengulanginya kembali. Disinilah kekuatan the early childhood harus berperan. The sensitive periods di dalam Montessori sendiri terdiri dari 6 bagian, yaitu sensitivitas terhadap order (1), dimana anak butuh keteraturan serta tidak banyak perubahan dalam kegiatan kesehariannya agar kenyamanan dapat terwujud; sensitivitas terhadap lima panca indera (2), dimana anak memerlukan benda disekeliingnya untuk mereka eksplorasi dan juga untuk membangun struktur neurological yang penting selama proses berpikir yang nantinya berpengaruh pada perkembangan intelektual; sensitivitas terhadap benda kecil (3), dimana hal ini dapat membantu anak memperluas kekuatan observasi dan juga memberikan ruang konsentrasi terhadap hal-hal yang spesifik; sensitivitas terhadap koordinasi gerakan (4), dimana anak mampu mengontrol perintah gerakan dari kebutuhan tubuhnya yang mana diantaranya berguna untuk stimulasi otak, memimpin kerja otot, membangun konsentrasi dan juga bahasa; sensitivitas terhadap bahasa (5), dimana seorang anak mampu berbicara dengan bahasa yang biasa digunakan dalam lingkungannya sehari-hari; sensitivitas terhadap aspek sosial (6), dimana anak akan merasa senang dengan persahabatan dan lingkungan penuh cinta serta kasih sayang agar hubungan dengannya dengan manusia lain dapat terjalin harmonis.
Sedangkan the absorbent mind adalah kemampuan seorang anak untuk menyerap segala sesuatu (pengetahuan dan pengalaman) dari lingkungannya. Dimana pada tahap ini berlangsung dua fase, yaitu 0-3 tahun disebut unconscious mind (tanpa sadar), yaitu pengetahuan yang diserap oleh anak untuk mempersiapkannya dalam keadaaan sadar, sedangkan 3-6 tahun disebut conscious mind (secara sadar), yaitu kondisi anak sudah memiliki memori yang sudah diisi saat fase unconscious mind. Selain itu pada tahap ini sudah muncul perkembangan inisiatif dan memahami konsep akademis. Seperti Maria Montessori katakan bahwa “Before three, the functions are being created, after three they develop”. Sehingga pada anak-anak usia dini inilah orang dewasa dapat menaruh harapan penuh untuk bisa dibentuk sedemikian rupa sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.
“Because, in the child, instinct has withdrawn to give place to something higher to the intelligence and will of man” – Maria Montessori
Pada diri seorang anak terdapat 8 potensi yang tertanam di dalamnya dimana jika kedelapan potensi tersebut berhasil diobservasi dan diasah dengan baik maka akan lahir individu yang mandiri, dapat diandalkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Apa saja 8 pola potensi anak?
Berikut secara singkatnya, law of independence (1) dimana anak-anak menggunakan kemandirianya untuk dapat mendengar petunjuk dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri sehingga mereka dapat mandiri karena diyakini bahwa seseorang harus dapat berfungsi tanpa bantuan orang lain; law of work (2), anak-anak akan menjadi tenang dan dapat berkonsentrasi ketika bertemu dengan lingkungan yang sudah dipersiapkan, dan untuk dapat bertumbuh seorang anak harus melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain, mereka harus berusaha untuk mendapatkan keinginanya; power of attention (3), anak-anak memiliki sensitivitas terhadap suatu hal yang menarik, dimulai dengan melalui kelima panca inderanya, kemudian berlanjut tertarik dengan yang tidak diketahui, dan terakhir tertarik dengan apa yang ia ketahui, begitu selalu tahapannya; development of intelligence (4), proses dimana intelektual anak akan berkembang seiring dengan cepatnya respon pada stimulus karena adanya keteraturan dalam respon, karena intelijensi berfungsi untuk mengkonstruksi diri dan merelasikannya dengan lingkungan; development of imagination & creativity (5), merupakan kekuatan dan potensi yang dibawa sejak lahir yang terbentuk dari interaksinya dengan lingkungan, ketika anak sudah dapat membangun persepsi berdasarkan realita dan keteraturan dari lingkungannya maka anak dapat menekankan proses penting untuk pengembangan kreativitasnya; development of emotional & spiritual (6), menerapkan lingkungan yang hangat dan penuh kasih sayang untuk memenuhi kebutuhan anak dalam perkembangan emosi dan spiritualnya; development of will (7), dimana dasar inisiatifnya berkembang karena keberadaan lingkungan yang nyaman dan penuh kasih sayang; stages of growth (8), anak-anak memerlukan lingkungan yang penuh stimulasi dan eksposure terhadap beragam pengalaman hidup untuk membangun konsep kehidupan dan informasi.
“To help the development of intelligence is to help put images of consciousness in order”– Maria Montessori
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan the absorbent mind dan the sensitive periods serta adanya kedelapan potensi yang tertanam di dalam anak maka dapat membangun bingkai perkembangan emosi dan intelektual mereka yang mana sangat penting dimiliki oleh setiap individu untuk nantinya bermanfaat di dalam masyarakat.
Maria Montessori percaya bahwa pemasalahan sosial seperti kejahatan, kemiskinan dan tekanan merupakan hasil dari manusia itu sendiri yang tidak berkepenuhan pada dirinya. Dari mendidik anak-anak, beliau yakin bahwa generasi yang baru akan menjadi generasi yang berkepenuhan dan seimbang dalam kehidupannya. Ada hal penting yang dirasa paling krusial yang sangat mempengaruhi sistem pendidikan di masyarakat saat ini, yaitu fokus yang salah. Menurut Maria Montessori, pendidikan baru adalah haruslah fokus pada anak-anak, orang dewasa harus berusaha memahami anak-anak serta memfasilitasi sistem pendidikan yang dapat membantu dalam pemecahan masalah di dunai terutama dunia pendidikan.
“Is this point of view that leads to a considerationof the child as an empty being, which the adult must fill by his endeavourss, as an inert and incapable being for whom everything must be done. As a being without inner guide, whom the adult must guide, step by step. Finnalt the adult acts as though he were the child creator and consider good and evil in the child’s actions fro the standpoint of relation to himself. And in adopting such an attitude which unconsciously cancels the child’s personality, the adult feels a conviction of real, love and sacrifice” – Maria Montessori
Bagaimana agar masyarakat dapat menjadi lebih baik? Di mulai dengan orang dewasa yang bertugas mengobservasi anak harus memiliki sifat tidak egosentrik dan otoriter terhadap anak. Maria Montessori menganjurkan bahwa orang dewasa seharusnya memiliki sifat untuk menolong perkembangan diri anak serta selalu bersikap rendah hati serta menyadari bahwa peran orang dewasa adalah sekunder, bukan primer yang mendominasi. Selalu ingat bahwa setiap anak memiliki potensinya masing-masing yang harus dibantu untuk terus berkembang serta membebaskan mereka dari ketergantungan dengan orang dewasa jika menginginkan mereka menjadi individu yang mandiri nantinya. Terakhir, kunci dari kemajuan sebuah masyarakat adalah terletak pada fokus melindungi hak dan kesejahteraan anak-anak.
“The education of even a very small child, therefore, does not aim at preparing him for school but for life” – Maria Montessori
Metode Montessori memiliki tujuan untuk membangun personalitas anak secara keseluruhan (utuh) dengan melalui berbagai aktivitas motorik, sensorik dan juga intelektual berdasarkan pendekatan scientific dan observasi. Penting dipahami bahwa the child is the adult of tomorrow¸ sehingga agar potensi yang ada pada diri anak dapat terbuka, orang dewasa dapat memberikannya kesabaran, cinta dan kasih sayang, simpati dan kepercayaan. Telah dibahas sebelumnya bahwa terdapat 8 pola potensi anak serta internal aids berupa absorbent mind dan sensitive period yang berfungsi sebagai konstruksi diri pada seorang anak. Selain itu terdapat juga external aids yang didalamnya terdapat unsure freedom atau kebebasan (1), dimana kebebasan penting agar anak dapat membuka dirinya pada orang dewasa serta untuk memimpin perkembangan mereka; prepared environment atau lingkungan yang sudah dipersiapkan (2), dimana dalam hal ini terdapat elemen yang harus hadir agar well prepared dapat terwujud yaitu kebebasan, struktur dan order, realita dan alami, keindahan dan atmosfir, material Montessori, serta perkembangan komunitas; montessori material atau alat peraga Montessori (3), tujuan penggunaan alat peraga ini adalah dapat membantu perkembangan konstruksi dan psikisnya. Dimana material harus mensupport formasi internal anak yang memapu menjawab kebutuhan mereka. Terakhir, orang dewasa sebagai role model juga harus diberikan ilmu dan pemahaman yang mumpuni agar lingkaran pendidikan nanti dapat berjalan dengan baik.
Terkait dengan orang dewasa yang dapat dikatakan sebagai guru, dalam metode Montessori dipahami bahwa guru memiliki peran yang sangat penting. Guru, murid dan lingkungan dalam Montessori menjadi satu kesatuan yang saling berkesinambungan satu sama lainnya. Sehingga dapat dipastikan kualitas seorang guru dapat berpengaruh pada kehidupan anak-anak kelak. Seorang guru haruslah memiliki pribadi yang selalu bertumbuh, ia harus terlibat dalam proses pembelajaran, memiliki pengetahuan diri yang realistis dan dapat mereflesikan tujuannya menjadi yang lebih baik.
“The real preparation for education is the study of one’s self. The training of the teacher who is to help life is something far more than the learning of ideas. It includes the training of character; it is a prepararation of the spirit” – Maria Montessori
Selain itu untuk menjadikannya seorang guru yang berkualitas, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan observasi. Montessori memahami bahwa guru Montessori harus mempelajari bagaimana agar dapat menyucikan hati, mengenakan jubah kerendahan hati serta berkomitmen untuk terus belajar bagaimana melayani. Karena kembali lagi pada peran dari guru Montessori adalah dengan observasi, penyedia serta media komunikator lingkungan, contoh hidup dan juga penyambung antara lingkungan dan anak. Disini orang dewasa yang berperan sebagai observer yang mana harus berlaku objektif, selalu melihat apa yang menjadi motivasi serta minat anak, memahami emosi serta perasaannya untuk memberikan kesempatan agar mereka secara utuh menjadi individu manusia yang mandiri.
Sehingga dari seluruh rangkaian proses dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai suatu perbaikan dalam masyarakat dibutuhkan sebuah proses panjang serta adanya keterlibatan banyak hal yang mendukung terwujudnya suatu tujuan. Diketahui bahwa dalam sebuah proses panjang tersebut ternyata dimulai dengan individu dengan mata rantai paling bawah atau dasar berdasarkan usia seorang manusia yaitu anak usia dini. Di dalam usia manusia inilah tersimpan potensi yang sangat luar biasa, jika dipahami bahwa orang dewasa disini berperan sebagai observer dimana mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka niscaya akan menghasilkan sumber daya yang baik tidak hanya berguna bagi individu tersebut melainkan juga bermanfaat dan berpengaruh bagi masyarakat luas. Itulah mengapa Maria Montessori meyakini bahwa kunci dari perbaikan masyarakat adalah melalui pendidikan anak usia dini.
“Within the child lies the fate of the future, whoever wishes to confer some benefit on society must preserve him from deviations and observe his natural ways of acting. A child is mysterious and powerful and containts within himself to the secret of human nature” – Maria Montessori
Sumber Referensi :
- Modul PDEME Montessori Haus Asia
- Buku Maria Montessori – “The Secret of Childhood”
- Buku Maria Montessori – “Absorbent Mind”
:: 10 Oktober 2018 ::
One thought on “Maria Montessori: Pendidikan Anak Usia Dini Kunci Perbaikan Masyarakat”