Practical Life in Montessori Method

practical life montessori

jendelakeluarga.com – Bagaimana Practical Life mendampingi anak-anak dalam meraih gambaran diri yang baik dan kemandirian?

“Any child who is self-sufficient, who can tie his shoes, dress or undress himself, reflects in his joy and sense of achievement the image of human dignity, which is derived from a sense of independence” Maria Montessori

Di era digital seperti saat ini kemudahan akan mendapatkan sesuatu sangat bisa saja terjadi. Bukan lagi fenomena baru bahwa adanya aplikasi di smartphone individu zaman now menjadi senjata ampuh untuk membantu menyelesaikan berbagai kebtuhan hidup. Dulu sebut saja sekitar 10 hingga 15 tahun ke belakang, masyarakat belum familiar dengan jual beli online, ingin berbelanja harus keluar rumah, baik dilakukan di toko, pasar, mall atau sekedar ke warung di kompleks sebrang. Kini semua kemudahan sudah dalam genggaman, minim kerepotan dan tenaga terbuang karena adanya jalan keluar yang menjadi andalan yaitu melalui aplikasi dalam sentuhan layar handphone. Dulu jika ingin berpergian dengan kendaraan umum tidak ada pilihan lain untuk mencari lokasi dimana moda transportasi tersebut berada. Sekarang tidak berlaku lagi, masyarakat sudah disajikan dengan kemudahan dengan cukup memanggil mereka melalui aplikasi maka kenyamanan urusan antar jemput akan segera dirasakan. Patutnya segala kemudahan yang ada seperti saat ini harus disyukuri dan diapresiasi dengan memanfaatkannya secara bijaksana.

Namun sebagai manusia yang hidup di zaman now, semua kemudahan tersebut baiknya disikapi dengan bijak, bukan dijadikan jalan pintas. Bukankah kita menginginkan anak-anak dapat tumbuh dengan mandiri dan mampu menjawab tantangan hidup di masa akan datang? Hal ini semua berkaitan dengan aktivitas practical life serta kemandirian mereka.

Di dalam practical life activities terdapat 4 area yang saling berhubungan yaitu Development of Motor Skills, Care of Self, Care of Enviroment dan Social Grace and Courtesy. Kenapa keempat area ini penting? karena setiap area memiliki fungsi dan tujuan masing-masing.

Development of Motor Skills – Anak akan bertemu dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari yang akan membantunya dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasarnya. Seperti sendok menyendok, tuang menuang, memindahkan sesuatu barang, melipat, mengambil dengan capitan dan sebagainya. Terlihat kegiatannya sederhana namun hal ini penting sekali untuk melatih kemampuan anak memegang pensil dan menulis di masa akan datang. Melalui kegiatan practical life anak-anak diharapkan dapat mandiri dalam mengerjakan segala sesuatunya sendiri serta mampu membantu teman yang lainnya. Selain itu anak juga mampu melalukan penilaian atau perkiraan akan suatu hal.

Care of the Environment and Self – Dimana anak sejatinya juga butuh kemampuan untuk merawat dirinya sendiri serta lingkungan sekitar. Sayangnya keharusan ini menjadi hal yang sering dianggap remeh oleh sebagian besar orangtua khususnya dimasa kini. Sehingga yang harus dilakukan oleh orangtua atau pendamping adalah mempercayakan bahwa mereka memiliki kemampuan tersebut dan dapat diandalkan lebih dari apa yang orang dewasa bayangkan. Jika kemampuan ini dapat tertanam baik di dalam diri seorang anak maka hasilnya nanti anak-anak memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi serta pengakuan atas eksistensi diri yang kuat. Hal ini dikarenakan bahwa kegiatan practical life membuat seorang tetap produktif, dapat mengambil keputusan sendiri serta menyelesaikan sendiri masalah yang dijumpai di sekelilingnya, misalnya jika di rumah ia melihat terdapat kotoran atau sampah di lantai maka ia akan dengan inisitif serta mandiri untuk mengambil sapu dan pengki kemudian membersihkan lantai hingga bersih. Di sisi yang berbeda, benefit lain dari aktivitas keterampilan hidup adalah mampu merawat material yang berada di lingkungan sekitar karena mereka mau dan bertanggung jawab dengan hal itu. Contohnya, anak dengan yang dibiasakan dengan aktivitas practical life maka setelah makan ia akan secara otomatis mencuci piring sendiri, membersihakn sisa-sisa makanan yang terserak di meja dan menyapu lantai jika memang ada rimahan yang terjatuh.

“A Child is alaso a worker anda producer. Altough he cannot share in the work of adults, he has its own difficult and important task to perform, that of producing a man. The newborn child is helpless and incapable of moving about”

(sumber : Buku Maria Montessori – “The Secret of Childhood” P.193)

Social Grace of Courtesy – Dimana anak-anak secara naturalis adalah makhluk sosial seperti halnya orang dewasa. Mereka juga butuh lingkungan sosial yang kondusif bagi perkembangan dirinya sendiri. Mereka butuh untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain. Sosial grace of coutesy setiap negara apalagi di tiap daerah pasti berbeda-beda, namun tetap penting diajarkan kepada anak bahwa hal-hal apa saja yang perlu dilakukan saat bersosialisasi di lingkungan agar terwujud dapat harmonisasi. Banyak sekali aktivitas yang dapat anak lakukan terkait hal ini, misalnya saat diberikan sesuatu oleh orang lain haruslah mengucapkan terima kasih, sedangkan saat meminta bantuan kepada orang lain hendaknya mengucapkan kata tolong agar lebih sopan, hal lainnya dengan membiasakan mengucapkan permisi jika hendak melewati orang atau ingin masuk ke dalam ruangan, dan tidak lupa mengucapkan kata maaf jika melakukan suatu kesalahan. Karena tanpa adanya pembelajaran dengan hal ini anak akan mendapatkan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain baik itu dengan keluarga, teman, dan sebagainya. Dan dampaknya mereka akan dijauhkan dari lingkungan pertemanannya. Kegiatan ini baik untuk meningkatkan kemampuan bahasa, sosial dan emosional.

“In the presence of this phase of the child’s development, we must be specially careful not to destroy and of life’s natural tendencies. If nature shows so clearly that this is a period of intense effort, we must be prepared to help this effort”

(sumber: Buku Maria Montessori- “The Absorbent Mind” P. 158)

Setelah kita mengetahui area yang dapat dikembangkan dalam aktivitas practical life, untuk dapat mewujudkan tujuan utamanya yaitu mencapai gambaran diri dan kemandirian, maka diperlukan suatu lingkungan yang mendukung. Anak-anak akan merasa nyaman dimana ia berada dalam lingkungan penuh kehangat dan cinta kasih, merasa diperhatikan oleh orang dewasa di sekitar yang mau dengan sabar mengobservasi dan selalu menjawab segala kebutuhan anak-anak. Karena sebuah lingkungan yang baik haruslah dipersiapkan dengan baik dan hati-hati oleh orang dewasa yang memiliki pengetahuan dan sensitivitas terhadap kebutuhan anak-anak. Kembali lagi karena orang dewasa harus meja di bagian dari lingkungan dan juga bagian dari kehidupan dan perkembangan anak dalam lingkungan yang sudah dipersiapkan. Bayangkan jika anak-anak tidak berada dalam lingkungan yang baik maka otomatis keinginan akan keteraturan, disiplin diri dan tanggungjawab tidak akan terwujud. Sedangkan bagaimana bisa hidup tanpa adanya ketiga hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melakukan kegiatan rutin seperti makan saja perlu adanya linngkungan yang mendukung. Anak-anak pun senantiasa akan bersemangat dan melakukan dengan suka cita saat berkegiatan keterampilan hidup di seperti sendok menyendok, memindahkan sesuatu benda padat dan cair, melipat kain, membersihkan meja, kaca jendela, serta menyapu yang mana akan mereka temukan di kehidupan nyata nantinya dalam bentuk yang serupa dengan apa yang mereka lakukan dan latih setiap harinya di lingkungan Montessori saat mereka usia dini. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika kita sebagai orang dewasa tidak memberikan contoh kedipilinan yang baik pada anak sejak dini di dalam lingkungan yang dibangunnya maka sama artinya seperti menghilangkan kesempatan anak untuk berkembang sebagaimana mestinya ia tumbuh secara natural.

“The will of another produces disciplined actions only with difficulty since such an external influence does not create the organization necessary for such activity. When this happens, we can say that the individual’s personality has been split When this occurs in a chid, he loses his opportunity to develop as nature intended he should.”

(sumber: Buku Maria Montessori – “The Secret of Childhood” P.95)

Jika lingkungan sudah dibangun dengan baik melalui elemen-elemen yang semestinya seperti adanya Kebebasan (1) bebas berbicara, bergerak, memilih, bebas dari tekanan dan bahaya dll agar dapat memimpin dirinya sendiri, serta tidak lupa memberikan support atas pekerjaan dan kedisiplinannya dalam mengerjakan kegiatan yang konstruktif; Keteraturan atau order (2) melalui kegiatan dan material yang dipilihnya berdasarkan minat dan hapan usia sehingga keteraturan tersebut akan memberikan kesempatan pada anak untuk melengkapi lingkaran aktivitas melalui bekerja dengan material; Realita dan alami (3) haruslah lingkungan Montessori dibangun berdasarkan kenyataan dan alami karena anak harus menyerap limitasi dari alam dan kenyataan agar anak dapat terbebaskan dari ilusi dan fantasi baik secara fisik maupun psikis; Keindahan dan atmosfir (4) lingkungan Montessori haruslah dibuat secara sederhana, desain yang indah dan menarik serta dibuat dengan kualitas yang baik, selain itu berikan sentuhan warna ceria namun tetap lembut, hangat dan relax sehingga anak nyaman selama berkegiatan; Material Montessori (5) berguna untuk membantu perkembangan konstruksi anak dan perkembangan psikisnya dimana dapat diberikan dengan pembelajaran penggunaan material dengan benar dan tujuan yang jelas; Perkembangan komunitas (6) anak-anak yang berada di lingkungan Montessori yang tumbuh dengan harmonisakan dengan mudah untuk saling toleransi, bantu membantu seta mendukung sehingga kedepannya akan terbentuk komunitas yang harmonis.

“The classroom is designed this way (beautiful, neat, orderly and tidy) for a number of reasons, one which is to help children feel calm and relaxed, setting an appropriate tone conductive to accommodating curiosity, exploration, discovery and what is often characterized as the result-learning”

(sumber : https://montessorium.com/community-post/importance-beauty-montessori-classroom)

Keterampilan hidup atau practical life tanpa adanya lingkungan yang mendukung tidak akan mencapai tujuan seperti yang diharapkan, lingkungan tanpa adanya keteraturan dalam berkegiatan dimana movement yang berperan juga tidak akan membentuk normaliasasi. Dr. Maria Montessori merasa bahwa ada waktunya bahwa di dalam pengajaran perlu ditekankan tentang aspek gerakan fisik atau movement dimana secara fisiologis melihat bahwa otot sebagai bagian dari sistem pusat syaraf manusia yang bekerja secara satu kesatuan agar manusia dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Pertumbuhan dan perkembangan mental anak kerap berhubungan dengan gerakan yang tercipta, tujuan paling utama dari bergerak adalah untuk melayani pertumbuhan pikiran atau cara kerja otak anak. Pentingnya kegiatan fisik atau gerakan dalam perkembangan mental harus ditekankan dimana pembelajaran datang dari gerakan dan aktivitas, sedangkan gerakan adalah fungsi natural pada masa kanak-kanan yang merupakan rotor dari berjalannya intelektual yang kemudian mempengaruhi kegiatan keterampilan hidup yang dilakukan sehari-hari. Pertimbangan akan gerakan anak sangatlah kompleks, secara hal tersebut harus terkordinasi dengan semua bentuk gerakan dimana seorang anak sudah memilikinya dalam sebuah benih ketika lahir sebagai organisme fisiologis.

“Percayalah, kalimat “mewujudkan dunia menjadi tempat yang lebih nyaman ditinggali” bukanlah kalimat klise tanpa makna. Melalui anak-anak, kita selalu punya harapan”

(sumber: Buku Jatuh Hati Pada Montessori oleh Vidya Dwina Paramita, P. 210)

Dari gerakan dan interaksi yang dibangun tersebut maka akan terbentuk suatu perkembangan anak secara alamiah. Misal dengan kegiatan practical life selain anak belajar akan konsep baru dalam menggunakan material yang dipakai juga agar membawa keteraturan dalam impresi barunya.Kesulitan yang ditemukan dalam kegiatan harus diisolasi didalam material, dengan isolasi kualitas membuat anak focus terhadap masalah yang dihadapi ini dapat mengantarkan anak kepada minat untuk mengobservasi objek di sekelilingnya. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kegiatan practical life dalam Montessori sangat berperan penting dalam meraih gambaran diri serta kemandirian yang baik dimana didalamnya sudah mencangkup 4 area (Development of Motor Skills, Care of Self, Care of Enviroment dan Social Grace and Courtesy) yang merupakan formula terpenting dalam kegiatan practical life.

“Montessori also saw the  child’s need for order, repetition and succession in movements. Practical life exercises also helps to aid the child to develop his coordination in movement, his balance and his gracefulness in his environment as well as his need to develop the power of besing silent”

(sumber : www.infomontessori.com/practical-life/introduction)


Sumber Referensi :

  • Modul PDEME Montessori Haus Asia
  • Buku “The Secret of Childhood”– Maria Montessori
  • Buku “Absorbent Mind” – Maria Montessori
  • Buku “Jatuh Hati Pada Montessori” – Vidya Dwina Paramita
  • infomontessori.com
  • https://montessorium.com

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

3 thoughts on “Practical Life in Montessori Method

Leave a Reply

error: Content is protected !!