Konsep Matematika Montessori

Konsep Operasi Matematika Montessori Untuk Anak Usia Dini

konsep matematika montessori golden beads

jendelakeluarga.com – Bagi sebagian orang berhadapan dengan angka bisa menjadi suatu hal yang menakutkan. Mungkin akan lain ceritanya jika sejak kecil sudah dipaparkan dengan pengalaman hitungan matematika yang menyenangkan.

Kenyataannya sadar tidak sadar matematika selalu digunakan dalam aktivitas sehari-hari, misalnya Saya makan 3 roti cokelat hari ini, Sandra mandi 2 kali sehari, Dina sarapan jam 7 pagi dan lain sebagainya.

Matematika secara luas bukan hanya sekedar angka namun bisa berupa kata dalam cerita, misalnya “Anton memiliki sepuluh apel dan membagikannya kepada Sasa tiga apel, berapakah sisa apel yang dimiliki Anton?” Dari sini dapat diketahui bahwa penggunaan unsur matematika dalam kehidupan kita sehari-hari sangat tak terbatas.

Kenyataannya unsur matematika sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak usia dini, hanya saja mereka mengenal matematika masih berupa abstrak alias sebatas membayangkan hurufnya yang tidak disertai dengan objek realnya. (konkret).

“A logical, developmentally appropriate progression that allows the child to come to an abstract understanding of a concept by first encountering it in a concrete form, such as as learning the mathematical concept of the decimal system by working with golden beads grouped into units, 10s, 100s, and 1000s.”Unknown

Ada dugaan beberapa faktor yang menjadi penyebab anak tidak menyukai angka dan matematika, antara lain proses belajar yang tidak menyenangkan, cara guru atau pengajar menerangkan yang tidak menarik atau bisa juga materi yang disampaikan tidak sesuai dengan usianya (terlalu kompleks). Dengan pengalaman seperti itu maka wajar saja anak akan mengingat matematika dengan sesuatu yang menyulitkan dan tidak menyenangkan.

Padahal Maria Montessori pernah berkata bahwa anak-anak sangat mencintai matematika karena matematika mampu memberikan suatu hal yang pasti, dimana kita tahu bahwa anak-anak sangat suka dengan keteraturan dan kepastian. Bisa jadi akan merubah semuanya jika awal pengalaman tidak menyenangkan tersebut membentuk fondasi di masa akan datang. Sehingga jika saja latar belakang fondasinya baik maka yakinlah semua anak akan mengerti matematika karena secara fitrahnya manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali intelejensi atau kecerdasan pada diri.

Hal tersebut sejalan dengan filosofi Montessori dimana menyebutkan bawhwa anak-anak memiliki Mathematical Mind yakni dorongan dari dalam diri untuk memahami lingkungan di sekitarnya. Maka yang harus dilakukan oleh kita sebagai sebagai orang tua adalah berusaha untuk tidak lagi memaksa (drilling) anak tetapi mampu menyajikan benda-benda konkrit di sekitar agar dapat menstimulasi multi sensorinya. Dengan begitu anak-anak akan merasa bahwa aktivitas matematika adalah aktivitas yang menyenangkan.

Baca juga : Sensorial Montessori Membantu Anak Memahami Konsep Matematika

Berbicara tentang Multi sensori, erat kaitannya dengan metode montessori yang juga diterapkan pada area Matematika Montessori. Kemampuan mengenal angka dan berhitung merupakan salah satu pencapaian yang dibutuhkan oleh anak, akan tetapi pengetahuan matematika tidak hanya sebatas itu melainkan masih banyak hal lain misalnya pola, simbol dan bangun ruang. Melalui Matematika Montessori, anak akan belajar konsep dari angka serta memahami sebuah proses kerja, meningkatkan kemampuan fokus dan konsentrasi serta berlatih kecepatan dalam belajar.

“Though periods of concentration that made the children oblivious to the outer world were not frequent, I noted a strange behavior that was common to all and nearly constant in all their actions. This was what I later called repetition of the exercise.” – Maria Montessori

Berikut terdapat 6 Grup aktivitas dalam Matematika Montessori, yaitu :

(1) Aktivitas Grup 1, pengenalan angka 1-10 dengan menggunakan Large Number Rods (Konkret), Sandpaper Number (Abstrak), Number Rods & Cards (Kombinasi), Spindle Box (Konkret), Cards and Counters (Konkret), Number Games (Kombinasi).

(2) Aktivitas Grup 2, pemahaman tentang sistem desimal berupa satuan, puluhan, ratusan dan ribuan dengan menggunakan material Golden Beads (Konkret) dan Number Cards (Abstrak).

(3) Aktivitas Grup 3, pemahaman tentang operasi matematika yaitu penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Material yang digunakan berupa Golden Beads (Konkret) dan Number Cards (Kombinasi).

(4) Aktivitas Grup 4, pengenalan angka 11-99 dengan menggunakan Short Beads Stairs (Konkret), Seguin Board A & B (Konkret) dan Beads Chains (Konkret).

(5) Aktivitas Grup 5, lanjutan dari aktivitas grup 2 dengan menggunakan material berbeda yaitu Small Number Rods (Konkret), Snake Game (Konkret), Addition & Substraction Board (Kombinasi), dan Multiplicatin & Division Board (Kombinasi).

(6) Aktivitas Grup 6, penutup dari aktivitas matematika montessori yang terdiri dari Stamp Game (Kombinasi) untuk melancarakan operasi desimal penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Sebenarnya apa itu konkret dan abstrak? Di dalam Montessori terdapat 3 tahap yang akan dilalui anak saat mempelajari kelima areanya, termasuk Area Matematika, yakni (1) Konkret, (2) Abstrak dan (3) Gabungan Konkret dan Abstrak (Kombinasi). Disini saya akan mengambil contoh aktivitas pada grup 1 yaitu pengenalan angka 1-10.

(1) Konkret
Konkret dapat diartikan nyata (real) terdapat objek yang dilihat dan diraba. Di dalam tahap ini material Matematika Montessori yang digunakan sencara real adalah Large Number Rods. Bentuk Number Rods ini sudah familiar oleh anak saat bekerja di area sensorial yaitu Long Rods yang juga sama berjumlah 10 tongkat (rods). Hanya saja Large Number Rods terdapat 2 warna biru dan merah yang mengidentifikasikan jumlah angka pada masing-masing tongkatnya, sedangkan Long Rods hanya berwarna merah saja.

Tujuan dari aktivitas ini adalah amemahami konsep kuantitas secara nyata melihat langsung objeknya, dimana jumlah 10 pasti berbeda dengan jumlah 5. Material ini juga membantu anak dalam mengurutkan angka melalui panjang tongkat tersebut, misal setelah 1 pasti 2 kemudian 3 dan seterusnya. Disini anak akan belajar selain konsep angka juga akan dilatih fokus dan konsentrasinya untuk membedakan jumlah dari setiap tongkat.

(2) Abstrak
Abstrak dapat diartikan tidak nyata atau hanya dua dimensi. Pada tahap ini anak akan menggunakan Sandpaper Number. Material berfungsi untuk mengetahui bentuk dari nama pada masing-masing angka. Misal angka 1 seperti garis lurus, 2 seperti bebek dan seterusnya. Namun pada metode Montessori akan berbeda dengan konvensional yang hanya menggunakan di atas kertas.

Sandpaper Number merupakan angka raba agar anak dapat membayangkan angka tersebut melalui indera perabanya. Meskipun abstrak anak akan mendapatkan pengalaman berbeda melalui indera perabanya. Pada tahap ini nantinya akan mendukung kemapuan visual discrimination anak. Angka raba juga membantu anak membentuk impresi dalam kemampuan pre-writing nya nanti.

(3) Gabungan Konkret dan Abstrak (Kombinasi)
Setelah anak melalui tahap konkret dan abstrak dalam Matematika Montessori, untuk pengenalan angka 1-10 adalah dengan menggabungkan keduanya. Konkret dengan tetap menggunakan material Long Number Rods dan abstrak menggunakan Number Cards atau kartu simbol angka. Tujuannya adalah agar anak dapat menghubungkan kedua aktivitas pada tahap sebelumnya dan mampu menyelesaikan dengan cara yang berbeda.

“The hands of man express his thought and from the time of his first appearance upon theearth traces of his handiwork also appear in the records of history.” – Maria Montessori

Kesimpulannya adalah mempelajari matematika dengan metode Montessori seperti mendapat oase tersendiri dalam dunia pendidikan anak usia dini. Karena anak diajak untuk memahami konsep angka dan hitungan dengan cara yang nyata dan menyenangkan. Berbagai material disiapkan untuk mendukung pemahaman anak dimana setiap aparatusnya memiliki fungsi masing-masing.

Sehingga aktivitas dalam memahami konsep angka pada matematika seperti berhitung (counting), mengukur (measurement), membentuk pola (patterning), membandingkan (comparing) dan mengelompokkan (classifying) sudah didapatkan melalui proses yang dikerjakan yakni dengan bantuan material itu sendiri.

“Little Children are naturally attracted to the science of number. Mathematics, like language,
is the product of the human intellect.”
unknown

***

Miranti

jendelakeluargaid@gmail.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!